Hujan turun membasahi bumi, menyejukkan suasana malam yang kelam tanpa cahaya rembulan dan bintang di angkasa, malam berubah sejenak menjadi tangis menggantikan nuansa haru yang menghiasi malam sunyi ini.
Tetesan – tetesan hujan yang jatuh di atas genting membangunkan aku dari lelap yang berkepanjangan, seolah ada suara yang memanggil dari air yang jatuh di atas genting malam ini. Bergegas aku keluar untuk menikmati hujan yang telah lama tidak pernah menemani ku, aku basahi seluruh tubuh oleh hujan yang telah aku rindukan di tengah terjangan kemarau yang melanda bumi tempat aku berpijak.
Tiba – tiba setitik kesedihan menyelip kedalam batin, seolah ini adalah pertemuan terakhir dengannya, kegelisahan mengguncang – guncang sudut hati untuk berseru kepada hujan, “ hujan, aku rindu kehadiran dirimu,,,”
Hujan kemudian menjawab seruan ku, “ sungguh, aku heran kepada dirimu, bukankah dirimu pernah berkata kepada diriku, bahwa akulah perusak keindahan hari – harimu, engkau senantiasa memaki akan kehadiran diriku dalam harimu, merusak aktifitas sehari – harimu, namun kini tiba – tiba engkau berkata bahwa engkau rindu akan kehadiran diriku dalam kehidupan harimu.”
“Aku sengaja turun tengah malam ini,,, berharap tidak bertemu dengan seorangpun, menikmati kesendirian, akhirnya aku bertemu dirimu, entahlah, aku harus pergi, dan tidak tahu kapan aku akan kembali”
Lidahku berubah kelu, tidak mampu menjawab semua kebenaran dari ucapan sang hujan, ingatanku melintas di depan mata saat diriku senantiasa memaki sang hujan dalam kehidupan hari ku, ku anggap dia sebagai perusak kegiatan harianku,,,
Tiba – tiba hujan berhenti turun dari langit, meninggalkan diriku yang terdiam kebasahan di tepi rumah ku, ingin aku berseru kepada hujan agar dia datang kembali,
ReplyDeletehttp://situspokeronlinepalingbagus.wikidot.com/blog:13