Kemiskinan memang
makanan empuk bagi orang – orang pemuja humanisme, gelas – gelas sampanye
mereka yang senantiasa terisi saat pesta – pesta amal ataupun penyerahan
penghargaan terhadap karya fotografi terbaik, mereka menjual tangisan –
tangisan kelaparan dunia ketiga kepada penduduk dunia pertama dan dunia kedua
dalam poros utara – utara untuk menuai simpati memperoleh penghargaan tertinggi
atas karya mereka.
Tak terhitung sudah
berapa milyar dollar habis dalam transaksi jual beli kemiskinan ini, lewat
penjualan konsep – konsep yang mereka sebut “pengentasan kemiskinan” dari
kampus – kampus mereka, lewat penjualan kampanye – kampanye “penghapusan kemiskinan”
para kepala negara dunia ketiga, lewat platinum award penjualan album bertema
kemiskinan, lewat putlizer award fotografi terbaik tentang kemiskinan, lewat
peningkatan jumlah oplah surat kabar terjual dengan berita kemiskinan yang
menguras air mata pembaca.
Aku tidak menyalahkan
musisi yang berkarya menyuarakan kemiskinan ditengah kemakmuran masyarakat, aku
tidak menyalahkan surat kabar yang memberitakan realitas orang – orang yang
hampir mati kelaparan, aku tidak menyalahkan realitas foto bahwa kematian hadir
ditengah mata dalam selembar foto.
Yang aku sesalkan
adalah, saat para orang beragama merayakan kebahagiaan berbagi kurban di hari
raya idul adha antara yang bekurban dan yang menerima kurban seolah saudara
kandung yang lama terpisah, saat malam – malam menjelang idul fitri para
petugas zakat mengetuk pintu janda, orang miskin dan anak yatim untuk
membagikan zakat, dan sedikitpun mereka tidak memikirkan apa yang mereka
lakukan karena takut berbuat riya...
Tiba – tiba kaum pemuja
humanisme datang membawa berita mereka, foto mereka, musik mereka, sastra
mereka menyalahkan moral orang yang beragama bahwa mereka tidak punya nurani
terhadap pelacur disini dan disana, orang – orang busung lapar yang hampir
mati, dan sebagainya, bertindak sebagai hakim bukan sebagai pembawa berita, “orang
beragama munafik”, dinegara beragama, moral dipertanyakan bukan tindakan, kata para humanisti.
Entah ada hubungan apa
antara munafik dengan kemiskinan? Tentu saja orang – orang beragama terkejut,
karena mungkin fokus mereka membantu orng yang dekat dengan lingkungan mereka
untuk dibantu pertama kali, bukan untuk orang yang jauh lokasinya dari mereka.
Apa yang kusebut dialog
– dialog antara dua pihak tidak terjadi, kaum pemuja humanisme telah bertindak
sebagai hakim agung dari negeri suci belahan utara, yang menimbulkan antipati
kaum agamis kepada mereka, kaum pemuja humanisme membawa setitik konflik
diantara sejuta keharmonisan nusantara yang bernama, syiah sampang, ahmadiyah,
dan kasus – kasus lainnya, seolah mereka malaikat suci.
Adakah kantor mereka,
rumah mereka, gaji mereka dipergunakan untuk membantu orang – orang yang mereka
sebut minoritas? Atau mereka hanya menjual kasus dinegeri ini demi mendapatkan
nobel perdamaian untuk mengisi lemari mereka? Solusi apa yang mereka tawarkan
untuk mengatasi realitas kemiskinan?
Tak kulihat bagaimana
aktifis humanisme berjuang menghapus tembok yahudi di Israel, kelaparan di
rohingnya, kemiskinan akut di papua nugini dan timor leste, entah kenapa fokus
mereka hanya terpaku kepada negara - negara yang sudah stabil.
Bahkan kurasa erasmus
pun menangis dalam kuburnya, melihat humanisme yang dia kemukakan dijadikan
bisnis oleh kaum pemujanya, ngomong – ngomong soal erasmus, entah kenapa aku
tertawa melihat realitas kemunafikan kaum pemuja humanisme, dinegeri asal
erasmus, kesetaraan antar penduduk sangat dihargai, kecuali untuk inlander –
inlander yang berada disebuah negeri bernama “hindia belanda”
Ku kutip perkataan
terakhir kevin carter, pemenang putlizer 1993 yang melahirkan foto fenomenal
sampai saat ini, namun akhirnya bunuh diri, karena tekanan batin nurani manusia
menghujam seluruh tubuhnya saat teringat obyek fotonya dicabik – cabik burung
bangkai dan dia tidak menolong anak tersebut sedikitpun.
"I'm really,
really sorry. The pain of life overrides the joy to the point that joy does not
exist... depressed ... without phone ... money for rent ... money for child
support ... money for debts ... money!!! ... I am haunted by the vivid memories
of killings and corpses and anger and pain ... of starving or wounded children,
of trigger-happy madmen, often police, of killer executioners ... I have gone
to join Ken if I am that lucky."
He said: Dear God,
I promise I will never waste my food no matter how bad it can taste and how full I may be. I pray that He will protect this little boy, guide and deliver him away from his misery. I pray that we will be more sensitive towards the world around us and not be blinded by our own selfish nature and interests.
I hope this picture will always serve as a reminder to us that how fortunate we are and that we must never ever take things for granted.
Please don’t break.. keep on forwarding to our friends On this good day. Let’s make a prayer for the suffering in anywhere anyplace around the globe and send this friendly reminder to others “Think & look at this… when you complain about your food and the food we wasted daily……..