Perjalananku
kali ini terhenti pada sosok wanita yang duduk termenung sendiri di sebuah café
yang aku pandangi dari seberang jalan. Entah kenapa wanita cantik itu duduk
sendirian dengan raut muka sedih memandang kearah jalanan tempat aku berdiri
memandangnya.
Pandangan
kami sesaat saling beradu, bertatapan dengan mata sendunya membuat dadaku
sedikit berdebar, Dia tahu aku sedang memandang dirinya dan menunggu aku
berjalan kearahnya, untuk menemani dirinya, dengan sedikit keraguan aku mulai
berjalan menuju kearahnya, memasuki café yang pernah menjadi salah satu tempat
memori terindah dalam hidupku.
“Akhirnya
kamu datang juga, Bram” sapanya, saat aku duduk di hadapannya.
Aku hanya
membisu mendengarkan perkataannya.
“Sulit
sekali untuk menghubungi dirimu, kenapa?” tanyanya lagi.
“Aku
tidak tahu,,, Metha” kataku lirih.
Aku mendengar
lirihan tangisnya mulai pecah
“Aku
merindukan dirimu, Bram…”
“Aku
tidak mengetahui kenapa kita harus secepat ini berpisah, bukankah seharusnya
saat ini kita bersanding berdua menjadi pasangan suami istri”
Entahlah,
aku tidak tahu kenapa bibirku diam tidak mengeluarkan suara untuk menjawab
segala curahan hatinya, mungkin aku hanya ingin mendengar suaranya. Matanya kembali
memandang jalanan yang mulai basah oleh hujan yang baru saja turun.
“semenjak
dirimu meninggalkan Diriku, Aku mulai menata kehidupanku kembali, mulai
melupakan dirimu dalam memori kenangan tentang hubungan kita, namun entah
kenapa kamu selalu hadir melalui hatiku.”
Tangis metha
pecah setelah dia menceritakan isi hatinya, dan aku tetap diam membisu tak
bersuara.
Sesosok pria
datang menghampiri Metha, menyentuh lembut bahunya
“Mba,
kenapa menangis sendirian? Ada yang bisa saya bentu mbak?” kata pria tersebut,
seorang manajer café yang senang sekali berkomunikasi dengan pelanggan cafénya.
***
Ingatanku
pun kembali saat terakhir aku meninggalkan Metha untuk terakhir kalinya, saat
itu kami sedang dalam perjalanan dalam mobil di wilayah pegunungan, kami sedang
berbahagia karena usia pernikahan kami akan berlangsung sebulan lagi.
Tiba –
tiba sebuah Truk yang di kemudikan secara ugal – ugalan bermaksud memotong
kendaraan kami, namun dari arah berlawanan juga ada kendaraan melintas, dan
tabrakan itupun terjadi saat truk membelokkan arah kendaraannya menuju mobil
kami.
Mobil kami
terjatuh kejurang, Metha beruntung masih hidup dalam kecelakaan mengerikan itu,
namun tidak untuk diriku…
***
“Dia tadi
hadir didepanku” Kata Metha kepada sang Manajer…
“Ndak
ada, mbak,,, dari tadi mbak sendirian saja duduk di sini” Kata sang Manajer
dengan lembut.
Ditengah
kebingungan Metha, akupun melangkah keluar dari café dengan diam – diam
karena
tidak akan ada orang yang dapat melihatku.
Semua gambar dari