Semua bermula dari salah ku sendiri,
mencoba melompati jendela pembatas antara rumahku dengan rumahnya, bagaimana
mungkin aku tidak tergode dengan pemandangan di halaman rumahnya, begitu syahdu
dan menentramkan siapapun yang melihatnya dari luar jendela.
Ah, duniaku yang terasa hitam dan
putihlah yang memaksa aku memandang dunia penuh warna di sebelah sana, aku
merasakan ada kebebasan dan hal – hal baru yang terlihat dalam dunia penuh
warna yang terpampang di jendela kamarku.
Dunia ku yang ramai dan penuh dengan
orang – orang yang saling memperhatikan satu dengan lain membuatku bosan dan
ingin merasa sendiri di balik jendela, aku membutuhkan kesunyian, aku
membutuhkan privasi, aku membutuhkan kesendirian.
Dunia penuh warna yang terpampang di
seberang bingkai jendela seolah memberikan apapun yang aku butuhkan, saat aku
pandang setiap hari tiada bosan dan kejemuan yang
aku lihat.
Maka sampailah kakiku di dunia penuh
warna dan kebebasan yang ada di depan mataku, bukan ilusi, bukan khayalan,
semua riil dan begitu nyata bagiku, dunia penuh warna yang menghadirkan semua
impian dan keinginan yang selama ini aku idamkan.
Aku pandang dunia hitam putih untuk
terakhir kalinya, sebelum aku berlari melintasi hutan dan semak belukar yang
ada di hadapan mataku saat ini. “selamat tinggal” kataku dalam hati, dan mulai
berlari dan berlari memasuki dunia dan pengalaman baru yang menanti depan mata,
pasti sesuai dengan khayalanku.
Aku sudah lupa jalan kembali ke
jendela, petualangan – petualangan baru begitu mengasyikkan buatku, melihat
ribuan warna, ribuan macam hal – hal unik yang tidak pernah aku saksikan hadir
di hadapan mata.
Semakin hari, semakin jauh aku
melangkah ke dalam dunia baru ini, hari berganti hari, bulan berganti bulan,
dan tahun berganti tahun. Tahun pertama begitu indah bagiku, begitu hidup,
namun menapaki tahun – tahun yang mulai berjalan, aku mulai merasa mulai kesepian dan kehilangan.
Pernah aku menemukan tulang –
belulang manusia yang sedang berposisi duduk di suatu pohon, apakah dia seperti
diriku? Terjebak dalam dunia warna dan kehilangan dunia yang pernah aku tinggal
di dalamnya? Entah kenapa jebakan ilusi begitu menggoda untukku saat ini. Aku telah
kehilangan arah untuk kembali pulang ke duniaku yang lalu.
Kelelahan mulai mengisi rongga paru –
paru dan sendi – sendi tulangku, aku tidak mampu lagi untuk berjalan jauh,
dunia ini begitu luas terhampar dan hanya akulah satu – satunya orang yang
masih hidup di belahan dunia ini, terduduk aku di sebuah pohon rindang di tepi
hutan, menyesali kebodohanku yang kurang mensyukuri duniaku yang sederhana….
***
10 tahun kemudian,,,
“Ibu, aku ingin kamar di atap ini,
pemandangannya indah” kata seorang anak kepada Ibunya, saat mereka baru
membereskan rumah tempat tinggal baru mereka, di tepian kota kecil yang cukup
terpencil.
“Iya, Banu, jangan lupa bereskan
kamarmu sebelum tidur disana malam ini” sahut Ibunya.
Banu tidak mendengar perkataan
ibunya, dirinya sedang sibuk dengan lamunannya sendiri tentang dunia yang
terhampar di luar jendela kamarnya…
“Suatu hari, aku ingin melompati
jendela ini, menuju kesana” batin Banu….