Showing posts with label sastra. Show all posts
Showing posts with label sastra. Show all posts

Monday, January 2, 2012

cinta imaginer



Cinta tidak harus menyakiti, bukan?

Cinta haruslah kata yang senantiasa membuat dirimu selalu tegar

Membuat hatimu senantiasa hidup

Membuat pikiranmu senantiasa optimis

Aliran – aliran darah dalam nadimu senantiasa bergerak

Membawa hormon – hormon cinta ke seluruh tubuh

Memberikan warna cinta dalam keseharianmu

Saat cinta sudah membelenggu dan membuat dirimu tersiksa

Haruskah kita bertanya?

Sudah tepatkah tempat aku menaruh cinta itu?

Monday, November 28, 2011

Pernyataan sang Malam


Malam telah berubah menjadi kegelapan pekat,satu dua suara kendaraan masih terdengar di pinggiran jalanan dekat tempat diriku berdiam. Suara katak dan jangkrik saling bersahutan satu dengan lainnya, saling mengalahkan agar permintaan mereka akan cuaca terkabulkan.

Seharusnya saat ini jam malam berlaku pada waktu alamku, namun rasa kantuk yang hinggap di mata masih belum mampu mengalahkan perjalanan pikiran yang sedang berkelana menembus batas – batas waktu masa silam. Aku ingin sekali keluar untuk menikmati mala mini dengan beberapa sahabat, namun mereka sedang tidak berada di kota ini.
***
“Kau belum tidur?” tanya Saina kepada diriku yang duduk termenung memandang layar kedap kedip laptop.

“Belum” kataku.

“Apa yang kau lakukan malam – malam begini?”

“Aku hanya membaca kabar yang sampai melalui internet” kataku.

“Kabar tentang apa yang kau dapatkan, sehingga dirimu tahan untuk bergadang semalam suntuk?”

“Kabar tentang apakah besok dunia akan kiamat” kataku dengan sedikit kesal.

“hehehe, kenapa harus marah? Aku sedang bingung saja, saat mentari akan berkunjung sebentar lagi, dirimu masih sibuk dengan duniamu.”

“Aku tidak bisa tidur” kataku dengan heran, kenapa Saina masih belum tidur juga.

“Sedangkan aku lagi mengamati dirimu dan duniamu yang sangat menarik bagiku” kata Saina seolah telah membaca pikiranku.

“Oh, maaf jika aku mengganggu tidurmu” kataku kepada Saina.

“tidak apa – apa, jujur sangat menikmati suasana malam” katanya.

“ada aura ketenangan yang aku dapatkan dari pernyataan sang malam kepada diriku melalui keheningan yang dia tawarkan kepada diriku” lanjutnya lagi.

“tengah malam bagiku hanyalah masa untu menikmati saja, jika aku sedang tidak dapat berkumpul dengan teman – temanku” kataku.

“wah, sayang sekali saat dinihari engkau sia – siakan begitu saja” kata Saina

“kenapa?” tanyaku ingin tahu

“jika saja malam – malam yang kau lalui dapat di pergunakan dengan sebaik – baiknya, tentu engkau akan mendapatkan sebuah energy positif bagi kehidupan hari esoknya”.

“contohnya?” kataku

“kenapa engkau lebih memilih kehidupan dunia daripada engkau bermunajat kepada Allah SWT? Sayang sekali kehidupan malam – malam yang cukup panjang engkau habiskan secara sia - sia”

Ada sebentuk rasa terkejut dari hatiku saat mendengarkan nasihatnya.

“ bukankah dunia hanya perhentian sementara? Saat engkau membuang waktu secara sia – sia, sadarkah waktu itu akan di pertanggung jawabkan kembali kepada dirimu?”

Mulutku terkunci mendengar muhasabah yang dia berikan pada diriku, terasa sekali waktu yang telah aku sia – siakan setiap malamnya, bermabuk – mabukan di pub, bermain internet sampai lupa waktu, tertawa terbahak – bahak setiap malamnya dengan teman – teman seolah umur kami masih panjang sekali.

Tiba – tiba sebuah pertanyaan terlintas dalam pikiranku, siapakah Saina?

***

Aku terbangun saat Azan subuh berbunyi di mesjid dekat rumah, laptopku masih hidup, dan aku tersadar rupanya ketiduran tadi malam, karena kantuk yang tidak dapat aku tahankan, namun percakapan dengan Saina seolah sebuah kenyataan yang baru saja aku alami.

“ Aku adalah imajinasimu dan kerinduan dirimu akan masa lalumu yang sering melakukan Qiyamul Lail” kata Saina dalam pikiranku,

TAMAT

“Dan pada sebahagian malam hari bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.”. (QS. Al-Isra` : 79)
“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur'an itu dengan perlahan-lahan.” (QS. Al-Muzzammil : 1-4)

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman terhadap ayat-ayat Kami, adalah orang-orang yang
apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta
memuji Tuhannya, sedang mereka tidak menyombongkan diri. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo`a kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. As-Sajadah : 15-16) 

“Dan orang-orang yang menghabiskan waktu malamnyai dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.” (QS. Al-Furqan : 64)  

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata
air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka.
Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik; Mereka
sedikit sekali tidur di waktu malam; Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (QS. Adz-Dzariyat : 15-17)  

“Allah merahmati seorang lelaki yang terbangun di malam hari lalu sholat dan membangunkan
istrinya, kalau dia enggan maka ia memercikkan air  ke wajahnya. Allah merahmati seorang
perempuan bangun di malam hari lalu sholat dan membangunkan suaminya, kalau dia enggan
maka ia memercikkan air ke wajahnya.” (HR. Abu Daud no. 1308, 1450, An-Nasa`i 3/205, Ibnu Majah no. 1336, Ibnu Khuzaimah 2/183/1148, Ibnu Hibban 6/306/2567 -Al-Ihsan-, Al-Hakim 1/453 dan Al-Baihaqy 2/501. Dan dishohihkan oleh Syaikh Muqbil dalam Al-Jami’ Ash-Shohih 2/172)

sumber:


Tuesday, November 8, 2011

Sastra Instan menurut saya




Tulisan ini di buat di blog pribadi karena saya tidak ingin dan tidak suka menimbulkan polemik – polemik  panjang yang dapat menghambat alur imajinasi yang mengalir dalam pikiran saya saat membaca postingan2 kreatif di salah satu media blog terkenal di Indonesia.

Manusia pada dasarnya adalah bertahan, mempertahankan diri dari hal – hal yang dapat mengganggu eksistensinya. Segala macam bentuk gangguan yang yang tidak tampak ataupun tampak, yang sudah datang maupun akan datang, kewaspadaan kita menjadi demikian tinggi terhadap potensi2 ancaman baru.

Demikian juga terhadap datangnya kritik terhadap kita, serta merta kita menjadi curiga maksud datangnya kritik tersebut, tanpa memandang dan bertabayyun terhadap maksud kritik, kita menjudge bahwa pengkritik adalah seorang musuh yang ingin membuat karya – karya kita mati, mempermalukan kita, membuat kita tampak bodoh di depan orang lain.

Padahal tidak semua kritikan berakhir dengan kejelekan tentang kepribadian kita, ataupun karya – karya kita, mungkin saja kritikan tersebut dibuat secara “umum” terhadap komunitas tempat kita berkarya agar tidak melukai individu – individu yang terdapat dalam komunitas kita tersebut. Namun kita memandangnya sebagai serangan terhadap seluruh komunitas, mulai dari awalan A sampai akhiran Z.

Dalam hal ini saya akan mengangkat tema “sastra instan” yang sedang hot di media blog tersebut,

SASTRA sebagai pergulatan kreatif adalah sebuah jalan sunyi” (Joko Pinurbo)

  1. Tiba – tiba ingatan kita tersentak saat membacanya, berarti selama ini saat saya menulis di dalam angkutan umum ataupun saat saya mendengar music dangdut oleh sastrawan senior tidak di anggap sebagai karya sastra.
  2. Berarti saat menulis sastra, menurut Sastrawan senior, harus dilakukan di dalam gua, tidak boleh terganggu dengan apapun.       

Demikian kira – kira anggapan kita terhadap kata Joko Pinurbo tersebut, padahal di saat bersamaan kita berbahagia saat seorang pembaca karya kita kesulitan menangkap maksud tulisan kita, kita berbahagia saat pembaca kita harus memeras otak memahami kandungan pesan dalam sastra kita.

Kenapa terhadap makna dari kata sastrawan yang senior kita hanya membaca sepintas lalu dan kemudian tidak berusaha memahaminya? Sudah mengertikah kita maksud “Jalan Sunyi” yang dikatakan oleh Joko Pinurbo tersebut, atau kalimat “Pergulatan Kreatif” yang juga di usungnya?

Maka di sini saya akan berusaha memahami maksud yang ingin di sampaikan oleh Joko Pinurbo tentang “Jalan Sunyi” dan “Pergulatan Kreatif” tersebut. Karena dari kedua makna inilah kita akan memahami maksud “sastra instan”.

Jalan Sunyi

Dalam setiap saya menuliskan karya – karya milik saya, hal pertama yang mungkin terjadi adalah ingatan akan pengalaman – pengalaman pribadi saya sendiri, tentang buku – buku yang pernah saya baca, tentang manis dan pahit kehidupan yang saya alami, tentang kisah – kisah mengharukan dan menginspirasi saya dalam hidup saya yang saya dengar,

Semua terangkum dalam pikiran saya, terolahkan dalam imajinasi saya sendiri dalam dapur – dapur kata, tidak peduli apakah saya sedang dalam gua ataupun sedang di angkutan umum yang sedang memutar lagu dangdut.

Orang – orang boleh berlalu lalang di depan saya, namun pikiran saya dapat melompat pada kisah – kisah yang pernah terjadi dalam hidup saya, apakah semua sudah siap untuk di tuliskan dalam bentuk karya tulis? Tidak, semua masih raw material yang tersimpan.

Pergulatan Kreatif

Saat raw material sudah teramu dalam pikiran saya, dalam catatan saya, dalam diary saya, dalam laptop saya. Tiba – tiba saya mendapatkan ide untuk membentuk rangkaian pengalaman tersebut, entah saya dapatkan baru 10 menit lalu ataupun 10 tahun lalu, menjadi sebentuk tulisan. Yang ingin saya bagikan kepada para sahabat saya dan orang – orang yang tidak saya kenal.

Semua campuran raw material tersebut selanjutnya memasuki tungku pemasakan agar menjadi matang dan siap untuk di sajikan. Dalam tulisan, sebuah plot yang kita bangun, sebuah tema yang kita bangun adalah sebuah produk yang kita sajikan kepada para pembaca, merekalah yang menikmati dan menilai rasa yang tertanam dalam karya kita tersebut.

Ingat, sebuah karya tulis saat selesai kita rampungkan, telah menjadi milik pembaca kita, yang tersisa untuk kita hanyalah “hak milik” karya sastra tersebut.

Medici effect

Saya memiliki sebuah ide tentang tema tulisan, namun saya tidak mengetahui cara menulisnya, ataupun merasa ide saya kurang sempurna, sehingga saya ingin berkolaborasi dengan para sahabat saya di media maya ataupun di dunia nyata agar menghasilkan sebuah karya yang paripurna.

Kolaborasi merupakan salah satu cara terbaik dalam penulisan sastra, karena beberapa penulis dapat bahu membahu dan saling belajar berbagi ilmu tentang teknik penulisan yang baik, melalui diskusi dan telewicara via internet.

Media

Sebuah karya tulis tidak terpaku kepada satu tempat saja dalam penulisan dan penerbitannya, internet merupakan kekuatan yang baik untuk membantu melancarkan ide – ide yang sudah terpikirkan dalam imajinasi kita.

Melalui fasilitas email dan chatting, sungguh sangat membantu sekali untuk saling bertukar file tulisan dalam proses kolaborasi, pengerjaan suatu karya tulis akan semakin cepat dalam hitungan menit dan detik saja.

Sementara proses blogisasi karya kita melalui internet membuat masyarakat pengguna internet mengenal siapa kita, bagaimanakah karya kita dan masukan apa yang dapat mereka berikan kepada karya kita.

Sastra Instan

Mengapa dinamakan sastra instan? Karena karya-karya yang dihasilkan tidak lagi dilewati dengan pergulatan jalan sunyi yang penuh kesabaran itu. Namun dikarenakan tuntutan kepentingan-kepentingan yang pragmatis di lingkungan kita yang akhirnya menelurkan budaya instan (cepat saji) dalam melahirkan kesusastraan (Hilda @Hammer City).

Kisah – kisah sinetron dan film horor sangat menarik sekali, mereka merupakan sebuah karya populis yang sangat di nikmati oleh para penduduk kita, sungguh enak saat kita melihat adegan – adegan mengharu biru ataupun adegan – adegan yang membikin detak jantung bergerak lebih cepat karena keterkejutan kita ataupun ketakutan kita terhadap sosok yang tidak tampak tersebut.

Karena merupakan sebuah karya populis di masyarakat, maka saya ingin membuat karya tulis yang bertemakan kisah sinetron ataupun kisah horror tersebut, “tema” ini akan membuat saya lebih cepat di kenal dan moga – moga dapat menarik perhatian pembuat sinetron dan Film tersebut agar melirik karya saya.

Sejujurnya “tema” sinetronisasi dan hororisasi tersebut tidak salah, karena mereka tidak melakukan proses copy paste terhadap “tema” yang sedang hot. Cukup tinggal mengikuti genre dan memanfaatkan euforianya yang sedang terkenal dan Hot di masyarakat.

Namun karena terlalu di eksplorasi secara masiv, tema – tema tersebut menjadi mati suri dan memiliki siklus umur yang sangat singkat, dan tidak meniggalkan endapan dalam hati pembaca kita

Kebosanan terhadap tema yang sama secara terus menerus akan membuat pembaca merasa bosan kepada karya tulis sastra. Akhirnya penulispun merasa bahwa tulisan mereka tidak layak di konsumsi lagi, dalam jangka panjang, penulis – penulis akan berguguran dan menganggap bidang penulisan tidak menarik.

Sulitkah untuk menemukan tema – tema out the box yang dapat kita perkenalkan kepada masyarakat? Menurut saya itu cukup sulit juga, karena berarti kita harus lebih mengeksplorasi lagi proses jalan sunyi dan pergulatan kreatif kita secara lebih sabar, memantapkan kolaborasi dan membagikan ide kepada para sahabat – sahabat kita yang kreatif untuk mencari tema tulisan baru serta membuat dan menikmati blue ocean strategy (keunggulan sastra) kita.

Akhirnya demikian saja alur pemikiran saya tentang Sastra Instan ini, semoga bermanfaat.


Empuss Miaww




Sumber :
http://lifestyle.kompasiana.com/hobi/2011/11/05/ketika-produk-sastra-instan-membanjiri-kompasiana/

http://fiksi.kompasiana.com/drama/2011/11/05/menyapa-hilda-tentang-sastra-instan-di-kompasiana/ 

Total Pageviews

Followers

Archive

 

© 10-5-2014 Empuss miaww. All rights resevered. Designed by Diubah karena banyak script anehnya

Back To Top