Seharusnya
diriku tidak menuliskan surat ini, surat yang dapat membuatmu merasa kesedihan
dan kesepian. Namun rinai – rinai hujan yang turun dari langit yang membasahi
kerongkongan bumi yang mongering memaksaku menulis, melukiskan imajinasi –
imajinasi yang bergerak liar dalam pikiranku.
Kutuliskan
bermula dari sapaan, menyapamu yang sedang diam disana, menikmati kecantikan
ragawi yang terpancarkan oleh kesejukan saat memandangmu, kata – kataku tiba2
menghilang bersama deru angin pembawa gerimis, entahlah, aku tidak mengerti
mengapa aku harus membisu saat berbicara namun begitu lancer saat aku
menuliskan kata – kata ini.
Tunggu,,,
jangan beranjak dulu dari tempat dudukmu, tunggulah saat aku selesai menuliskan
kata – kata yang mungkin tidak berarti bagimu, beri aku sedikit waktu untuk
menyusun rangkaian kata – kata ini, hanyalah curahan hati semata, bukan
mengharapkan rasa kasihan mu kepadaku.
Aku
mengerti kita hanyalah musafir – musafir yang tersesat di atas dunia ini,
mencari cinta, mencari kehidupan, mencari jati diri, ah,,, istilah – istilah
yang akupun tidak mengerti kenapa aku tuliskan, bukankah surat ini hanyalah
curahan isi hati? Bukan sebuah pencarian jati diri dan tetek bengek urusan
keduniaan.
Entah
kenapa akhir – akhir ini aku merasa kesepian yang sangat menggigit diriku,
karena beberapa lama kita tidak bersua. Penyebabnyapun aku tidak mengerti.
Ah,,,
tiba – tiba aku merasa kehilangan imajinasi untuk menutup surat ini, besok akan
aku lanjutkan kembali…