Friday, January 4, 2013

Pengunjung mimpi

12:32 AM




“Hai, lagi sibukkah?”

Sebuah suara membuatku terhenti dari pekerjaan yang aku lakukan di ruangan pustaka ku. Seorang wanita wanita, yang entah bagimana, duduk di kursi tamu yang ada di hadapanku. Wanita berambut coklat dengan matanya yang hijau dan senyum lesung pipitnya sedang memperhatikan diriku yang dari tadi merasa sendirian saja.

“Kau terkejut dengan kehadiranku?” katanya lagi, seolah mampu membaca pikiranku.

Bagaimana aku tidak terkejut, karena dia hadir dalam mimpiku, ya, mimpi dalam tidurku…

“Siapa dirimu? Kenapa bisa hadir dalam mimpiku?” tanyaku.

“Aku? Mmm, aku rasa bukan hal yang terpenting, aku hanya ingin berjalan – jalan melihat mimpi yang tercipta dalam tidurmu” katanya sambil bangkit dari kursi dan berkeliling memandang buku – buku yang tersusun dalam rak buku.

“Aku bosan” katanya, “bagaimana jika aku tukar latar mimpimu?”

Tiba – tiba dia menarik tepian latar ruangan perpustakaanku, berganti dengan taman – taman yang di penuhi oleh bunga dan pepohonan yang rindang. Entah bagaimana dia bisa membuat latar dalam mimpiku bisa berubah dengan keinginannya, aku benar – benar kehilangan control dalam mimpiku sendiri.

“Boleh aku bertanya?” katanya,

“mengapa engkau menulis fiksi?”

“Entahlah” jawabku.

“saat aku melihat pena dan kertas, tiba – tiba tanganku gatal ingin menuliskan sebuah kisah fiksi, bukan kenyataan”.

“Kenapa harus fiksi, bukan sebuah kenyataan, reportase atau opini?” tanyanya lagi dengan ingin tahu.

Kami duduk di atas rerumputan yang hijau, memandang pelangi yang menghiasi angkasa.

“aku menyukai fiksi, karena bahasanya lembut, berbicara dari hati ke hati kepada pembaca karyaku, menulis tanpa merasa menggurui, mereka melihat sendiri rentetan peristiwa yang aku goreskan dalam setiap helaian kertasku” entah kenapa aku bisa bercerita banyak kepada sesosok yang aku tidak kenal ini.

“tapi aku sudah jarang melihat engkau menulis sekarang” katanya lagi.

“yah, aku takut,,,” kataku.

“apa yang kau takutkan?”

“entah kenapa aku merasa, beberapa kisah dalam khayalanku menjadi hidup dan sebuah kenyataan terjadi”

“bukankah engkau hanya menuliskan sebuah kisah fiksi? Kenapa harus takut?”

“aku takut, setiap tinta yang aku goreskan menjadi kenyataan”

“Hei,,,” tiba – tiba dia menepuk bahuku.

“jangan takut, meskipun apa yang engkau tulis dan ada hal yang benar – benar terjadi, namun fiksi dan hal tersebut bukanlah sebuah kisah yang berhubungan, itu hanyalah titik – titik kebetulan yang terjadi dalam fiksimu”

“mmm,,, aku ingin pergi dulu, besok kita berjumpa lagi” katanya.

Tiba – tiba dia menghilang, dan aku terbangun diranjangku, lupa belum sholat isya ^_^

Written by

1 komentar:

 

© 10-5-2014 Empuss miaww. All rights resevered. Designed by Diubah karena banyak script anehnya

Back To Top