Pernahkah anda berbicara dengan
orang linglung? Atau orang yang ingatannya kurang? Mereka tentu saja dapat
berbicara, namun anda tidak akan menganggap apapun yang mereka bicarakan,
karena :
P1. Pembicaraan
mereka tidak berdasarkan fakta
2. Asal cuap
saja saat berbicara
Seperti itulah pemikiran saya
saat ada orang yang tiba – tiba berbicara ataupun mengangkat opini bernada
retoris “Pemimpin adil tapi non muslim
atau pemimpin tidak adil tapi muslim?”, jika saja tersangka koruptor
ataupun pemimpin yang korup di Indonesia 100% muslim maka saya akan mendukung
statement tersebut.
Namun nyatanya, semenjak
reformasi bergulir, orang – orang yang terlibat kasus korupsi tidak semuanya
muslim, mereka ada juga non muslim, contohnya Miranda Gultom (mantan deputi BI), Robert Edison Siahaan (Walikota
Pematang Siantar Periode 2005-2010), Fahuwusa Laila (Mantan Bupati Nias
Selatan), Binahati B. Baeha (Mantan Bupati Nias), Jefferson
Soleiman Montesqieu Rumajar (Walikota Tomohon Periode 2005/2010), Yusak
Yaluwo, SH, M.Si (Bupati Boven Digoel periode 2004-2009), Jules
Fitzgerald Warikar (Bupati Kab. Supior Prov. Papua), Jimmy Rimba Rogi
(Walikota Manado Provinsi Sulawesi Utara), John Manoppo (Mantan Walikota Salatiga). (Sumber merdeka.com)
Sengaja saya tuliskan nama – nama
mereka ditulisan ini, karena sejatinya kasus korupsi itu bersifat LINTAS AGAMA, bukan milik salah satu
agama, korupsi marak terjadi di Indonesia karena kurangnya ketegasan hokum dan
pengawasan keuangan di Negara kita ini.
“Trus, mayoritas koruptor
muslimkan?” =รจ tentu saja, sebagai Negara
pemeluk Islam terbesar di dunia, agama para koruptor tentu saja islam, dimana pelaku kejahatan biasanya pemeluk agama terbesar di negara tersebut, namun
apakah mereka muslim (menjalankan agama islam dalam kesehariannya)? Belum tentu,
mereka dapat kita sebut sebagai penduduk beragama berdasarkan KTP.
Sebaliknya, dinegara luar
Indonesia, yang mayoritas penduduknya non muslim, dapatkah kita menuduh agama
para koruptor tersebut sebagai agama pendukung korupsi? Seperti Aquino dan
Estrada di Philipina, ataupun Sinawatra di Thailand, serta Sarkozi di Perancis?
Tidak, para koruptor tersebut melakukan korupsi karena keinginan memenuhi nafsu
keduniaan mereka sendiri, bukan karena tuntunan agama yang mereka anut.
Kembali keatas, pada kalimat “Pemimpin adil tapi non muslim atau
pemimpin tidak adil tapi muslim?”, sebenarnya menunjukkan garis politik yang
didukung oleh pihak yang mengeluarkan statement tersebut, mereka mengerahkan
segala cara, agar tidak ada lagi jalan mengelak bagi orang lain selain
mendukung jagoan mereka dengan mengeluarkan statement yang “Sepertinya” sulit untuk dijawab, namun
bagi saya merupakan retorika logicall
fallacy akut (kesalahan pengambilan kesimpulan yang parah banget).
Maka daripada memikirkan kalimat
menyeleneh mereka, lebih baik jika kita anggap saja sedang berbicara dengan orang linglung, atau orang yang kurang ingatan, demi
menghemat energy emosi kota.
0 komentar:
Post a Comment