“Kring,,,”
Handphone Dodi berbunyi saat dinihari
“Abang,,
bangun” Kata Farah dari ujung saluran telefon
“iya”
jawab Dodi sambil menguap
“tunggu
dulu, bang, jangan di tutup” kata Farah menahan Dodi
“
Jangan lupa apa – apa yang akan abang bawa saat meeting nanti”
“Adek
sudah siapkan daftarnya” lanjut Farah
“oke”
“Materi
Pelatihan”
“Ada”
“Softcopy
pelatihan”
“Ada”
“Sepatu”
“Ada”
“Baju,
celana, ikat pinggang, dasi, jas, catatan”
“Ada”
“Ada
atau tidak ada, abaaaaaaaaaaannnggg” kata Farah dengan kesal
“Ada,
sudah di taruh di atas meja kamar hotel”
“Adinda
selalu khawatir kalau abang itu tugas keluar kota”
“hehehe,,,
santai aja ah”
“ya
udah, jangan lupa setelah sholat subuh jangan bobo, miss u”
“miss
u too”
Dodi
meletakkan handphonnya di atas meja, dan kemudian melanjutkan tidurnya.
***
Paginya
Dodi berangkat menuju kantor cabang perusahaannya bekerja dengan terburu – buru
karena kesiangan dengan menggunakan taksi, sebuah suara memanggilnya saat dia
baru masuk ke pintu kantor
“Pak
Dodi, tolong kesini sebentar” panggil Andri, pimpinan cabang sekaligus teman
dekat Dodi
“Ayo
masuk ke kantor, ada hal kecil yang ingin saya bicarakan”
Dodi
mengikuti langkah Andri memasuki sebuah ruangan kerja, barang – barang tersusun
rapi di sana, terdapat meja tamu, lemari arsip, meja kerja, TV di sudut ruangan
serta sebuah cermin besar di samping kamar kecil pimpinan.
“
Ada apa, pak Andri?” Tanya Dodi
“Sebentar
lagi kita mau rapat, tetapi coba lihat penampilanmu di cermin” kata Andri
sambil terkekeh
Dodi
kemudian berjalan menuju cermin untuk melihat penampilannya, dia terkejut,
karena panampilannya yang tidak rapi, dasinya miring kesamping, bajunya ada
yang salah pasang, rambutnya awut – awutan, bahkan restleting celananya lupa
dia naikkan, mukanya menjadi merah karena menahan malu, sambil merapikan
penampilannya.
“Hahaha,,,
penyakitmu sudah lama saya bilang, sobat” Kata Andri sambil tertawa Lepas,
“Cuma tiga saja, lupa, buru – buru, dan
ngantuk karena kurang tidur” lanjutnya
“Iya,
istriku juga bilang seperti itu”, jawab Dodi
“Kamu
tahu penyebabnya? Karena kamu itu terlalu cuek untuk mengurus diri kamu
sendiri, cobalah untuk perhatian pada dirimu sedikit saja, saya rasa, 5 menit
sebelum kamu berangkat ke kantor untuk berdiri di depan cermin lebih baik
daripada terburu – buru, dan jangan pernah takut untuk terlambat berangkat,
jika saja kamu memiliki waktu yang cukup beristirahat malam harinya” nasihat
Andri kepada Dodi sambil menepuk – nepuk pundak Dodi.
“Terima
kasih nasihatnya, Bos” jawab Dodi sambil menyengir,
“yuk
kita mulai rapat” ajak Andri.
***
Farah
sedang duduk termenung di ruang tamu, sambil memandang album foto
pernikahannya, hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan ke lima dengan Dodi,
mereka telah saling kenal mengenal semenjak duduk di bangku perkuliahan, Farah
adalah aktifis kampus yang senantiasa sibuk dengan organisasi dan perkuliahan,
sementara Dodi adalah mahasiswa yang jarang ikut ke dalam aktifitas organisasi,
hobinya berkumpul dengan kawan segenknya, mengabaikan perkuliahan, aktif dalam tawuran
antar fakultas, bahkan juga ikut dalam demo – demo anarkis yang sering bentrok
dengan aparat keamanan di jalanan. Persamaan di antara mereka hanya satu, yaitu
Farah dan Dodi sama – sama tidak pernah berpacaran, selebihnya perbedaan mereka
ibarat bumi dan langit, Farah adalah anak pertama, sedangkan Dodi merupakan
anak terakhir di keluarganya.
Pertemuan
terakhir mereka setelah tamat kuliah terjadi 5 ½ tahun yang lalu, saat Farah
dan Dodi sedang berbelanja di pusat perbelanjaan terbesar kota ini, akhirnya
Dodi yang bersifat pemberani, dengan agresif langsung melamar Farah kepada
orang tuanya, tanpa proses berpacaran, hanya melamar, bertunangan 6 bulan dan
akhirnya duduk di bangku pelaminan.
Tahun
pertama pernikahan mereka diwarnai oleh episode – episode pertengkaran dua
insane yang berbeda karakter,Farah yang berkarakter keras namun lembut jika di
beri pemahaman secara perlahan – lahan VS Dodi yang berkarakter pengalah namun
sangat keras dalam memegang prinsip hidupnya, walaupun sama – sama lelah oleh pertengkaran
yang mewarnai tahun pertama pernikahan mereka, bunga – bunga cinta semakin
mekar seperti musim semi, karena melalui proses pertengkaran itulah mereka
semakin saling memahami suara hati pasangannya.
Tetesan
– tetesan air mata keluar dari pipi merahnya, saat menutup album foto
pernikahan mereka, sambil menyeka air matanya, dia beranjak menuju dapur, duduk
di meja makan, memandang kue tart pernikahan yang dia buat sendiri, untuk
merayakan ulang tahun pernikahan mereka seperti tahun – tahun sebelumnya, ingin
sekali dia menelefon suaminya, namun karena takut mengganggu kesibukan
suaminya, di urungkannya niatnya.
“Krinnggggg,,,,”
Handphine Farah berbunyi
“Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam,
Adinda, cintaku, lagi ngapain tu,,,?” Jawab Dodi
“Lagi
menerima telefon,,,”
“Dari
siapa,,,?”
“Dari
siapa yah,,,? Ga ada di Handphone ini nomernya” kata Farah sambil tertawa
“Huuu,,,,
selalu always tidak pernah never deh,,, hehehe”
“Ya
iyalah, masa ya iya dong” jawab Farah
“Makan
kedondong ga bagi – bagi” kata Dodi
“Kedondong
udah di buat jadi rujak, xixixi” balas Farah
“Oh
ya, hari ini Kakanda mau mengucapkan Happy milad untuk pernikahan kita yang ke
lima ya, my Queen”
“Kakanda
tahu, selama ini mungkin sudah terlalu banyak membuat Adinda lelah melakukan
pekerjaan rumah dan menemani kakanda mengarungi bahtera kehidupan selama ini”
“xixixi,,,
aduh Kakanda, itu sudah tugas dan kewajiban adinda, sebagi seorang istri,
Adinda selalu menganggap cinta bukanlah perdagangan untuk mencari untung,
Kakandaku sayang, Cintaku kepada Kakanda karena Allah SWT dan semata – mata
mengharapkan menjadi amalan ibadah Adinda saja”
“Aduh,
Adindaku, jadi kangen mau cepat – cepat pulang neh, sehari serasa sudah
sewindu, sekarang sudah seminggu, terasa seperti memancing udang Galah, hehehe”
“Oh
ya, hamper lupa, tadi abang ada mengirimkan kado untuk Adinda, sekalian
mengirimkan kado ultah untuk keponakan imut Abang yang di Bandung, Zaki, Kado
untuk adinda itu berupa Gaun malam, tadi sewaktu melewati butik, abang teringat
Adinda sudah lama tidak membeli gaun, sementara untuk Zaki tadi Abang belikan
mainan kesukaannya”
“Iya
Abang, terima kasih”
“Sudah
dulu ya? Mau kerja lagi sekarang, Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam
W. W.” tutup Farah
***
“Ting
tong,,,” Suara bell ruangan tamu
Farah
meletakkan Handphonnya di atas meja dapur, bergegas dia menuju ruang tamu untuk
membuka pintu.
Seorang
pengantar barang dari perusahaan ekspedisi mengantarkan kiriman kadi dengan
nama penerima yang tertempel di atas kertas kado yang membungkus kiriman
tersebut, setelah menyelesaikan administrasi, Farah kemudian membawa kado
tersebut ke ruangan keluarga.
“kok
gede ya,,,? Perasaan abang bilang kadonya gaun, tentu tidak besar bungkusannya”
pikir Farah
Kemudian
dibukanya sampul kertas kado dan kardus yang membungkus isinya. Sebuah mobil
elektrik terdapat di dalamnya, sebuah mainan untuk anak – anak berusia di bawah
10 tahun.
“Abang
Jelekkk” teriak Farah dengan gemas