Showing posts with label prosa. Show all posts
Showing posts with label prosa. Show all posts

Monday, November 28, 2011

Pernyataan sang Malam


Malam telah berubah menjadi kegelapan pekat,satu dua suara kendaraan masih terdengar di pinggiran jalanan dekat tempat diriku berdiam. Suara katak dan jangkrik saling bersahutan satu dengan lainnya, saling mengalahkan agar permintaan mereka akan cuaca terkabulkan.

Seharusnya saat ini jam malam berlaku pada waktu alamku, namun rasa kantuk yang hinggap di mata masih belum mampu mengalahkan perjalanan pikiran yang sedang berkelana menembus batas – batas waktu masa silam. Aku ingin sekali keluar untuk menikmati mala mini dengan beberapa sahabat, namun mereka sedang tidak berada di kota ini.
***
“Kau belum tidur?” tanya Saina kepada diriku yang duduk termenung memandang layar kedap kedip laptop.

“Belum” kataku.

“Apa yang kau lakukan malam – malam begini?”

“Aku hanya membaca kabar yang sampai melalui internet” kataku.

“Kabar tentang apa yang kau dapatkan, sehingga dirimu tahan untuk bergadang semalam suntuk?”

“Kabar tentang apakah besok dunia akan kiamat” kataku dengan sedikit kesal.

“hehehe, kenapa harus marah? Aku sedang bingung saja, saat mentari akan berkunjung sebentar lagi, dirimu masih sibuk dengan duniamu.”

“Aku tidak bisa tidur” kataku dengan heran, kenapa Saina masih belum tidur juga.

“Sedangkan aku lagi mengamati dirimu dan duniamu yang sangat menarik bagiku” kata Saina seolah telah membaca pikiranku.

“Oh, maaf jika aku mengganggu tidurmu” kataku kepada Saina.

“tidak apa – apa, jujur sangat menikmati suasana malam” katanya.

“ada aura ketenangan yang aku dapatkan dari pernyataan sang malam kepada diriku melalui keheningan yang dia tawarkan kepada diriku” lanjutnya lagi.

“tengah malam bagiku hanyalah masa untu menikmati saja, jika aku sedang tidak dapat berkumpul dengan teman – temanku” kataku.

“wah, sayang sekali saat dinihari engkau sia – siakan begitu saja” kata Saina

“kenapa?” tanyaku ingin tahu

“jika saja malam – malam yang kau lalui dapat di pergunakan dengan sebaik – baiknya, tentu engkau akan mendapatkan sebuah energy positif bagi kehidupan hari esoknya”.

“contohnya?” kataku

“kenapa engkau lebih memilih kehidupan dunia daripada engkau bermunajat kepada Allah SWT? Sayang sekali kehidupan malam – malam yang cukup panjang engkau habiskan secara sia - sia”

Ada sebentuk rasa terkejut dari hatiku saat mendengarkan nasihatnya.

“ bukankah dunia hanya perhentian sementara? Saat engkau membuang waktu secara sia – sia, sadarkah waktu itu akan di pertanggung jawabkan kembali kepada dirimu?”

Mulutku terkunci mendengar muhasabah yang dia berikan pada diriku, terasa sekali waktu yang telah aku sia – siakan setiap malamnya, bermabuk – mabukan di pub, bermain internet sampai lupa waktu, tertawa terbahak – bahak setiap malamnya dengan teman – teman seolah umur kami masih panjang sekali.

Tiba – tiba sebuah pertanyaan terlintas dalam pikiranku, siapakah Saina?

***

Aku terbangun saat Azan subuh berbunyi di mesjid dekat rumah, laptopku masih hidup, dan aku tersadar rupanya ketiduran tadi malam, karena kantuk yang tidak dapat aku tahankan, namun percakapan dengan Saina seolah sebuah kenyataan yang baru saja aku alami.

“ Aku adalah imajinasimu dan kerinduan dirimu akan masa lalumu yang sering melakukan Qiyamul Lail” kata Saina dalam pikiranku,

TAMAT

“Dan pada sebahagian malam hari bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.”. (QS. Al-Isra` : 79)
“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur'an itu dengan perlahan-lahan.” (QS. Al-Muzzammil : 1-4)

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman terhadap ayat-ayat Kami, adalah orang-orang yang
apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta
memuji Tuhannya, sedang mereka tidak menyombongkan diri. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo`a kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. As-Sajadah : 15-16) 

“Dan orang-orang yang menghabiskan waktu malamnyai dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.” (QS. Al-Furqan : 64)  

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata
air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka.
Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik; Mereka
sedikit sekali tidur di waktu malam; Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (QS. Adz-Dzariyat : 15-17)  

“Allah merahmati seorang lelaki yang terbangun di malam hari lalu sholat dan membangunkan
istrinya, kalau dia enggan maka ia memercikkan air  ke wajahnya. Allah merahmati seorang
perempuan bangun di malam hari lalu sholat dan membangunkan suaminya, kalau dia enggan
maka ia memercikkan air ke wajahnya.” (HR. Abu Daud no. 1308, 1450, An-Nasa`i 3/205, Ibnu Majah no. 1336, Ibnu Khuzaimah 2/183/1148, Ibnu Hibban 6/306/2567 -Al-Ihsan-, Al-Hakim 1/453 dan Al-Baihaqy 2/501. Dan dishohihkan oleh Syaikh Muqbil dalam Al-Jami’ Ash-Shohih 2/172)

sumber:


Friday, November 25, 2011

Jamuan malam yang kau sajikan




Tadi malam kita bertemu dalam satu meja makan, dan dirimu menyajikan hidangan yang kau buat sendiri di atas meja tempat kita bersantap berdua, bertemankan cahaya lilin – lilin kecil yang menerangi romantisme kita berdua.

Kau menyajikan hidangan yang terbuat dari masa lalumu, dengan tambahan sedikit bumbu – bumbu imajinasi apa yang hatimu rasakan, meresap dan ternikmati dari makanan yang kita santap berdua.

Kisah hidupmu mengalir melalui kerongkongan jiwaku, meresap menjadi bagian dari sel – sel otakku yang hanya dapat berusaha mencernanya, kisah tentang dirimu, sifatmu, apapun yang engkau pikirkan dan tuangkan dalam secarik kertas kosong.

Sajian malammu kepada diriku sangat nikmat sekali, mencernanya melalui pikiranku, mengolahnya melalui imajinasiku, berusaha mempersiapkan sebuah hidangan yang berasal dari diriku untuk perjamuan malam kita berikutnya, hanya untuk kita nikmati berdua saja.

kawan, aku masih rindu sajian jamuan yang kau hidangkan seperti biasanya, biarkan aku menikmati setiap tutur kalimat yang engkau tuliskan.

tentang yang tercatat dalam tulisanmu telah membuat aku kecanduan...

Wednesday, November 23, 2011

Bidadari di balik etalase kaca




Perjalananku kali ini terhenti pada sosok wanita yang duduk termenung sendiri di sebuah café yang aku pandangi dari seberang jalan. Entah kenapa wanita cantik itu duduk sendirian dengan raut muka sedih memandang kearah jalanan tempat aku berdiri memandangnya.

Pandangan kami sesaat saling beradu, bertatapan dengan mata sendunya membuat dadaku sedikit berdebar, Dia tahu aku sedang memandang dirinya dan menunggu aku berjalan kearahnya, untuk menemani dirinya, dengan sedikit keraguan aku mulai berjalan menuju kearahnya, memasuki café yang pernah menjadi salah satu tempat memori terindah dalam hidupku.

“Akhirnya kamu datang juga, Bram” sapanya, saat aku duduk di hadapannya.

Aku hanya membisu mendengarkan perkataannya.

“Sulit sekali untuk menghubungi dirimu, kenapa?” tanyanya lagi.

“Aku tidak tahu,,, Metha” kataku lirih.

Aku mendengar lirihan tangisnya mulai pecah

“Aku merindukan dirimu, Bram…”

“Aku tidak mengetahui kenapa kita harus secepat ini berpisah, bukankah seharusnya saat ini kita bersanding berdua menjadi pasangan suami istri”

Entahlah, aku tidak tahu kenapa bibirku diam tidak mengeluarkan suara untuk menjawab segala curahan hatinya, mungkin aku hanya ingin mendengar suaranya. Matanya kembali memandang jalanan yang mulai basah oleh hujan yang baru saja turun.

“semenjak dirimu meninggalkan Diriku, Aku mulai menata kehidupanku kembali, mulai melupakan dirimu dalam memori kenangan tentang hubungan kita, namun entah kenapa kamu selalu hadir melalui hatiku.”

Tangis metha pecah setelah dia menceritakan isi hatinya, dan aku tetap diam membisu tak bersuara.

Sesosok pria datang menghampiri Metha, menyentuh lembut bahunya

“Mba, kenapa menangis sendirian? Ada yang bisa saya bentu mbak?” kata pria tersebut, seorang manajer café yang senang sekali berkomunikasi dengan pelanggan cafénya.

***

Ingatanku pun kembali saat terakhir aku meninggalkan Metha untuk terakhir kalinya, saat itu kami sedang dalam perjalanan dalam mobil di wilayah pegunungan, kami sedang berbahagia karena usia pernikahan kami akan berlangsung sebulan lagi.

Tiba – tiba sebuah Truk yang di kemudikan secara ugal – ugalan bermaksud memotong kendaraan kami, namun dari arah berlawanan juga ada kendaraan melintas, dan tabrakan itupun terjadi saat truk membelokkan arah kendaraannya menuju mobil kami.

Mobil kami terjatuh kejurang, Metha beruntung masih hidup dalam kecelakaan mengerikan itu, namun tidak untuk diriku…

***

“Dia tadi hadir didepanku” Kata Metha kepada sang Manajer…

“Ndak ada, mbak,,, dari tadi mbak sendirian saja duduk di sini” Kata sang Manajer dengan lembut.

Ditengah kebingungan Metha, akupun melangkah keluar dari café dengan diam – diam 
karena tidak akan ada orang yang dapat melihatku.

Semua gambar dari 

Sini dan Sini

Saturday, October 15, 2011

Rahasia sang Anggora



Seekor kucing Anggora berjalan melewati kamar tidur Mr. Smith menuju dapur untuk mengambil makanannya di mangkuk makanan yang terletak di lantai dapur.

Sementara Smith sedang sibuk bercakap – cakap dengan seseorang melalui Handphonenya di kamar tidur, percakapan mereka sangat serius sekali. Mungkin berhubungan dengan pekerjaan sehari – hari Smith sebagai seorang Paparazi yang senantiasa mengambil foto – foto ekslufifa dalam setiap pemotretannya di setiap wilayah yang di singgahinya.

“Saya harap anda jangan coba – coba memeras Pimpinan kami” kata suara di seberang telefon.

“Memeras,,,? Saya rasa tidak sedang memeras saat ini, saya hanya meminta bayaran atas foto yang saya ambil tadi pagi, hitung – hitung agar tidak di publikasikan ke surat kabar” Jawab Smith.

“Jika anda memang tidak memeras, mengapa Anda meminta 100.000 Poundsterling untuk foto – foto kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan saya?”

“Hahaha,,, yah tentu saja ada imbalan atas apa yang dilakukan oleh Bos anda tersebut, dia terkenal sebagai orang yang baik di mata masyarakat, namun kelakuannya saat ini sangatlah bejat, dia berhubungan seks dengan seorang pelacur dan kemudian menganinayanya,,,” Kata Smith lagi.

“Jika kami tidak memberikan apa yang anda inginkan?”

“Maka foto – foto bos anda akan terpampang di surat kabar terkemuka di Negara ini” Tantang Smith lagi.

“Well, kemana kami akan mengantarkan uang yang anda inginkan tersebut?”

“saya akan memberikan alamatnya nanti, dan tentu saja, tolong aktifkan Handphone anda nanti. Ingat, jangan macam – macam, karena saya akan mengamati saat kalian menaruh bungkusan berisi uang itu dari kejauhan”

Smith kemudian mematikan Handphonenya, dan kemudian membongkarnya, untuk mengganti kartu SIM yang ada dengan kartu SIM yang biasa dia pakai sehari – hari.

Dengan penuh rasa kemenangan dia melangkah menuju dapur, dimana kucingnya berada, sambil tertawa dan mengambil sekaleng Bir dari dalam sana, dia memeluk kucingnya yang sedang tidur di lantai.

“Malam ini kita akan kaya raya, puss, Hahahahahahah” kata Smith kepada kucingnya.

Kemudian sambil menggendong kucingnya, dia kembali ke dalam kamar, setelah menaruh kucingnya di atas tempat tidur, Smith kemudian berganti pakaian, dan memakai sebuah jacket kulit, serta mengambil kunci motornya di atas meja kamarnya.

“Jaga baik – baik rumah ini ya,,, aku akan mengambil kekayaan kita” kata Smith kepada kucingnya.

Kemudian dia pergi keluar apartemen pribadinya, setelah mengunci pintu rumahnya, dia melangkah menuju parkir tempat motornya di taruh.

***
kucing Smith sedang tertidur di kursi ruangan tamu, tiba – tiba dia terbangun saat melihat beberapa orang mendobrak masuk rumah tempat dia tinggal, mereka memakai topeng dan sarung tangan, mereka kemudian menghidupkan lampu rumah Smith seolah akan mencari sesuatu yang penting.

“Ini rumah bajingan itu,,, bongkar setiap sudut rumahnya” perintah seseorang kepada teman – temannya yang ikut bersama dirinya.

Mereka kemudian mulai membongkar setiap sudut rumah yang ditempati oleh Smith beserta seekor kucingnya, mereka menjelajahi mulai dari kamar tidur, kamar mandi, sampai dapur untuk mencari barang yang di inginkan oleh Bos mereka.

“Sudah jumpa Flashdisknya?” teriak sang pimpinan gerombolan tersebut.

“Belum jumpa” teriak seorang anak buahnya sambil membalikkan dipan Smith.

Barang – barang Smith berserakan di lantai, sedangkan kucingnya yang terganggu oleh aktifitas mereka memilih bersembunyi dekat sudut dapur sambil mengeong ketakutan.

“Sialan,,,, sudah mampus masih juga memberikan masalah besar” kata sang pimpinan sambil menghancurkan lampu meja di ruangan tamu.

“sudahlah, bawa laptop yang ada di meja itu, mana tahu Bajingan itu menyimpannya disana” perintahnya lagi sambil menunjuk meja kerja Smith.

***

Keesokan harinya, apartemen Smith di penuhi oleh pihak Kepolisian, mereka menggunakan peralatan lengkap untuk memeriksa dan mencari petunjuk yang penting tentang suatu tindakan kejahatan yang telah terjadi di kota tersebut. Garis kepolisian telah di buat di pintu masuk, para tetangga telah di wawancarai oleh pihak kepolisian sekedar untuk mencari bukti – bukti, dan Kucing milik Smith pun di masukkan kedalam kandang binatang dan ditaruh di atas meja tamu agar tidak mengganggu pekerjaan mereka.

“Sudah dapat bukti – bukti terbaru?” kata Anthea  kepada Addney rekannya yang sedang mencari sidik jari di dinding rumah.

“Belum,,, belum ketemu bukti – bukti kuat tentang kejahatan yang dilakukan oleh anak buah Nito” jawabnya.

“Mereka memang penjahat tanggung, mungkin baru pertama kali membunuh orang, karena mereka tidak tahu telah terekam CCTV lalu lintas serta kepergok oleh patrol lalu lintas” kata Anthea.

“tadi pagi Smith di temukan tewas di tepi sungai Themes, di lehernya terdapat bekas cekikan menggunakan kabel, yang melakukan anak buah Nito, namun motif perbuatan mereka belum di ketahui, pekerjaan Smith sehari – hari adalah sebagai Paparazi yang mengambil foto – foto tokoh terkenal, di duga ada hubungan antara rahasia perbuatan yang telah di lakukan oleh Nito dengan kematian Smith” lanjut Anthea sambil membaca catatan kepolisian.

“Benar sekali Anthea, memang setiap orang memiliki motif aneh dan terkadang kita tidak percayai kenyataannya, padahal di mata masyarakat, Nito di kenal sebagai pengusaha yang dermawan dan memiliki nama baik. Oh ya, bagaimana kasus pembunuhan seorang pelacur minggu lalu?” Tanya Addney kepada Anthea.

“Belum di jumpai motif dan pelaku pembunuhan pelacur itu, yah seperti yang kau tahu, biasanya kasus yang menimpa orang – orang kecil tidak menarik perhatian public seperti kasus yang bakal menimpa Nito jika memang ada bukti yang mengarah kepada dirinya” jelas Anthea.

“Meonggggg”

Suara kucing Smith yang keras menarik perhatian Anthea, kemudian dia berjalan menuju kandang binatang tempat kucing itu di kurung. Anthea membuka pintu kandang dan kemudia menggendong kucing tersebut di bahunya.

“kamu lapar ya?” kata Anthea kepada kucing tersebut.

Kemudian dia berjalan ke dapur untuk mencari sisa – sisa makanan kucing diantara isi kulkas yang berhamburan oleh perbuatan gerombolan tadi malam, akhirnya dia menemukan sebotol susu yang masih utuh, dan kemudian dia melihat tempat makanan kucing yang tergeletak di lantai dapur, sambil meletakkan kucing tersebut di atas meja dapur dan menuangkan susu ke dalam tempat makanannya.

Perhatiannya tertuju kepada kalung yang bertuliskan nama kucing tersebut, “Almeta” gumamnya menyebut nama kucing itu. Perhatiannya kemudian tertuju kepada bentuk unik kalung Almeta yang berbentuk tabung, dilepaskannya kalun tersebut dari leher Almeta, dan kemudian memperhatikan setiap lekuk tabung tersebut, di putarnya ujungnya dan keluarlah flashdisk dari dalamnya.

“tolong ambilkan sebuah laptop” teriaknya kepada rekan sekerjanya.

Seorang polisi membawakan laptop miliknya, dan memanggil rekan – rekannya di ruangan tersebut untuk berkumpul di dapur. Merekapun menghentikan kegiatan pekerjaannya dan terfokus kepada isi dari flashdisk tersebut.

Di layar computer, mereka melihat sebuah foto – foto yang tersusun seperti film berjalan, karena pengambilannya secara otomatis, berisi adegan brutal tentang kelakuan Nito yang melakukan penganinayaan kepada pelacur, kemudian Nito membunuh sang pelacur dengan menggunakan sehelai kabel.

“akhirnya, kedua kasus tersebut memiliki pelaku yang sama, yaitu Nito” teriak Anthea dengan gembira

“karena seekor kucing”
-00-

Sunday, October 9, 2011

Bingkai Jendela




Semua bermula dari salah ku sendiri, mencoba melompati jendela pembatas antara rumahku dengan rumahnya, bagaimana mungkin aku tidak tergode dengan pemandangan di halaman rumahnya, begitu syahdu dan menentramkan siapapun yang melihatnya dari luar jendela.
Ah, duniaku yang terasa hitam dan putihlah yang memaksa aku memandang dunia penuh warna di sebelah sana, aku merasakan ada kebebasan dan hal – hal baru yang terlihat dalam dunia penuh warna yang terpampang di jendela kamarku.
Dunia ku yang ramai dan penuh dengan orang – orang yang saling memperhatikan satu dengan lain membuatku bosan dan ingin merasa sendiri di balik jendela, aku membutuhkan kesunyian, aku membutuhkan privasi, aku membutuhkan kesendirian.
Dunia penuh warna yang terpampang di seberang bingkai jendela seolah memberikan apapun yang aku butuhkan, saat aku pandang setiap hari tiada bosan dan kejemuan yang 
aku lihat.

Maka sampailah kakiku di dunia penuh warna dan kebebasan yang ada di depan mataku, bukan ilusi, bukan khayalan, semua riil dan begitu nyata bagiku, dunia penuh warna yang menghadirkan semua impian dan keinginan yang selama ini aku idamkan.

Aku pandang dunia hitam putih untuk terakhir kalinya, sebelum aku berlari melintasi hutan dan semak belukar yang ada di hadapan mataku saat ini. “selamat tinggal” kataku dalam hati, dan mulai berlari dan berlari memasuki dunia dan pengalaman baru yang menanti depan mata, pasti sesuai dengan khayalanku.

Aku sudah lupa jalan kembali ke jendela, petualangan – petualangan baru begitu mengasyikkan buatku, melihat ribuan warna, ribuan macam hal – hal unik yang tidak pernah aku saksikan hadir di hadapan mata.

Semakin hari, semakin jauh aku melangkah ke dalam dunia baru ini, hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun. Tahun pertama begitu indah bagiku, begitu hidup, namun menapaki tahun – tahun yang mulai berjalan, aku mulai merasa  mulai kesepian dan kehilangan.

Pernah aku menemukan tulang – belulang manusia yang sedang berposisi duduk di suatu pohon, apakah dia seperti diriku? Terjebak dalam dunia warna dan kehilangan dunia yang pernah aku tinggal di dalamnya? Entah kenapa jebakan ilusi begitu menggoda untukku saat ini. Aku telah kehilangan arah untuk kembali pulang ke duniaku yang lalu.

Kelelahan mulai mengisi rongga paru – paru dan sendi – sendi tulangku, aku tidak mampu lagi untuk berjalan jauh, dunia ini begitu luas terhampar dan hanya akulah satu – satunya orang yang masih hidup di belahan dunia ini, terduduk aku di sebuah pohon rindang di tepi hutan, menyesali kebodohanku yang kurang mensyukuri duniaku yang sederhana….
***
10 tahun kemudian,,,

“Ibu, aku ingin kamar di atap ini, pemandangannya indah” kata seorang anak kepada Ibunya, saat mereka baru membereskan rumah tempat tinggal baru mereka, di tepian kota kecil yang cukup terpencil.

“Iya, Banu, jangan lupa bereskan kamarmu sebelum tidur disana malam ini” sahut Ibunya.
Banu tidak mendengar perkataan ibunya, dirinya sedang sibuk dengan lamunannya sendiri tentang dunia yang terhampar di luar jendela kamarnya…

“Suatu hari, aku ingin melompati jendela ini, menuju kesana” batin Banu….

Tuesday, October 4, 2011

Mr. Cuek Vs Mrs. Perfeksionis


“Kring,,,” Handphone Dodi berbunyi saat dinihari
“Abang,, bangun” Kata Farah dari ujung saluran telefon
“iya” jawab Dodi sambil menguap
“tunggu dulu, bang, jangan di tutup” kata Farah menahan Dodi
“ Jangan lupa apa – apa yang akan abang bawa saat meeting nanti”
“Adek sudah siapkan daftarnya” lanjut Farah
“oke”
“Materi Pelatihan”
“Ada”
“Softcopy pelatihan”
“Ada”
“Sepatu”
“Ada”
“Baju, celana, ikat pinggang, dasi, jas, catatan”
“Ada”
“Ada atau tidak ada, abaaaaaaaaaaannnggg” kata Farah dengan kesal
“Ada, sudah di taruh di atas meja kamar hotel”
“Adinda selalu khawatir kalau abang itu tugas keluar kota”
“hehehe,,, santai aja ah”
“ya udah, jangan lupa setelah sholat subuh jangan bobo, miss u”
“miss u too”
Dodi meletakkan handphonnya di atas meja, dan kemudian melanjutkan tidurnya.
***
Paginya Dodi berangkat menuju kantor cabang perusahaannya bekerja dengan terburu – buru karena kesiangan dengan menggunakan taksi, sebuah suara memanggilnya saat dia baru masuk ke pintu kantor
“Pak Dodi, tolong kesini sebentar” panggil Andri, pimpinan cabang sekaligus teman dekat Dodi
“Ayo masuk ke kantor, ada hal kecil yang ingin saya bicarakan”
Dodi mengikuti langkah Andri memasuki sebuah ruangan kerja, barang – barang tersusun rapi di sana, terdapat meja tamu, lemari arsip, meja kerja, TV di sudut ruangan serta sebuah cermin besar di samping kamar kecil pimpinan.
“ Ada apa, pak Andri?” Tanya Dodi
“Sebentar lagi kita mau rapat, tetapi coba lihat penampilanmu di cermin” kata Andri sambil terkekeh
Dodi kemudian berjalan menuju cermin untuk melihat penampilannya, dia terkejut, karena panampilannya yang tidak rapi, dasinya miring kesamping, bajunya ada yang salah pasang, rambutnya awut – awutan, bahkan restleting celananya lupa dia naikkan, mukanya menjadi merah karena menahan malu, sambil merapikan penampilannya.
“Hahaha,,, penyakitmu sudah lama saya bilang, sobat” Kata Andri sambil tertawa Lepas,
 “Cuma tiga saja, lupa, buru – buru, dan ngantuk karena kurang tidur” lanjutnya
“Iya, istriku juga bilang seperti itu”, jawab Dodi
“Kamu tahu penyebabnya? Karena kamu itu terlalu cuek untuk mengurus diri kamu sendiri, cobalah untuk perhatian pada dirimu sedikit saja, saya rasa, 5 menit sebelum kamu berangkat ke kantor untuk berdiri di depan cermin lebih baik daripada terburu – buru, dan jangan pernah takut untuk terlambat berangkat, jika saja kamu memiliki waktu yang cukup beristirahat malam harinya” nasihat Andri kepada Dodi sambil menepuk – nepuk pundak Dodi.
“Terima kasih nasihatnya, Bos” jawab Dodi sambil menyengir,
“yuk kita mulai rapat” ajak Andri.
***
Farah sedang duduk termenung di ruang tamu, sambil memandang album foto pernikahannya, hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan ke lima dengan Dodi, mereka telah saling kenal mengenal semenjak duduk di bangku perkuliahan, Farah adalah aktifis kampus yang senantiasa sibuk dengan organisasi dan perkuliahan, sementara Dodi adalah mahasiswa yang jarang ikut ke dalam aktifitas organisasi, hobinya berkumpul dengan kawan segenknya, mengabaikan perkuliahan, aktif dalam tawuran antar fakultas, bahkan juga ikut dalam demo – demo anarkis yang sering bentrok dengan aparat keamanan di jalanan. Persamaan di antara mereka hanya satu, yaitu Farah dan Dodi sama – sama tidak pernah berpacaran, selebihnya perbedaan mereka ibarat bumi dan langit, Farah adalah anak pertama, sedangkan Dodi merupakan anak terakhir di keluarganya.
Pertemuan terakhir mereka setelah tamat kuliah terjadi 5 ½ tahun yang lalu, saat Farah dan Dodi sedang berbelanja di pusat perbelanjaan terbesar kota ini, akhirnya Dodi yang bersifat pemberani, dengan agresif langsung melamar Farah kepada orang tuanya, tanpa proses berpacaran, hanya melamar, bertunangan 6 bulan dan akhirnya duduk di bangku pelaminan.
Tahun pertama pernikahan mereka diwarnai oleh episode – episode pertengkaran dua insane yang berbeda karakter,Farah yang berkarakter keras namun lembut jika di beri pemahaman secara perlahan – lahan VS Dodi yang berkarakter pengalah namun sangat keras dalam memegang prinsip hidupnya, walaupun sama – sama lelah oleh pertengkaran yang mewarnai tahun pertama pernikahan mereka, bunga – bunga cinta semakin mekar seperti musim semi, karena melalui proses pertengkaran itulah mereka semakin saling memahami suara hati pasangannya.
Tetesan – tetesan air mata keluar dari pipi merahnya, saat menutup album foto pernikahan mereka, sambil menyeka air matanya, dia beranjak menuju dapur, duduk di meja makan, memandang kue tart pernikahan yang dia buat sendiri, untuk merayakan ulang tahun pernikahan mereka seperti tahun – tahun sebelumnya, ingin sekali dia menelefon suaminya, namun karena takut mengganggu kesibukan suaminya, di urungkannya niatnya.
“Krinnggggg,,,,” Handphine Farah berbunyi
“Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam, Adinda, cintaku, lagi ngapain tu,,,?” Jawab Dodi
“Lagi menerima telefon,,,”
“Dari siapa,,,?”
“Dari siapa yah,,,? Ga ada di Handphone ini nomernya” kata Farah sambil tertawa
“Huuu,,,, selalu always tidak pernah never deh,,, hehehe”
“Ya iyalah, masa ya iya dong” jawab Farah
“Makan kedondong ga bagi – bagi” kata Dodi
“Kedondong udah di buat jadi rujak, xixixi” balas Farah
“Oh ya, hari ini Kakanda mau mengucapkan Happy milad untuk pernikahan kita yang ke lima ya, my Queen”
“Kakanda tahu, selama ini mungkin sudah terlalu banyak membuat Adinda lelah melakukan pekerjaan rumah dan menemani kakanda mengarungi bahtera kehidupan selama ini”
“xixixi,,, aduh Kakanda, itu sudah tugas dan kewajiban adinda, sebagi seorang istri, Adinda selalu menganggap cinta bukanlah perdagangan untuk mencari untung, Kakandaku sayang, Cintaku kepada Kakanda karena Allah SWT dan semata – mata mengharapkan menjadi amalan ibadah Adinda saja”
“Aduh, Adindaku, jadi kangen mau cepat – cepat pulang neh, sehari serasa sudah sewindu, sekarang sudah seminggu, terasa seperti memancing udang Galah, hehehe”
“Oh ya, hamper lupa, tadi abang ada mengirimkan kado untuk Adinda, sekalian mengirimkan kado ultah untuk keponakan imut Abang yang di Bandung, Zaki, Kado untuk adinda itu berupa Gaun malam, tadi sewaktu melewati butik, abang teringat Adinda sudah lama tidak membeli gaun, sementara untuk Zaki tadi Abang belikan mainan kesukaannya”
“Iya Abang, terima kasih”
“Sudah dulu ya? Mau kerja lagi sekarang, Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam W. W.” tutup Farah
***

“Ting tong,,,” Suara bell ruangan tamu
Farah meletakkan Handphonnya di atas meja dapur, bergegas dia menuju ruang tamu untuk membuka pintu.
Seorang pengantar barang dari perusahaan ekspedisi mengantarkan kiriman kadi dengan nama penerima yang tertempel di atas kertas kado yang membungkus kiriman tersebut, setelah menyelesaikan administrasi, Farah kemudian membawa kado tersebut ke ruangan keluarga.
“kok gede ya,,,? Perasaan abang bilang kadonya gaun, tentu tidak besar bungkusannya” pikir Farah
Kemudian dibukanya sampul kertas kado dan kardus yang membungkus isinya. Sebuah mobil elektrik terdapat di dalamnya, sebuah mainan untuk anak – anak berusia di bawah 10 tahun.
“Abang Jelekkk” teriak Farah dengan gemas



Total Pageviews

Followers

Archive

 

© 10-5-2014 Empuss miaww. All rights resevered. Designed by Diubah karena banyak script anehnya

Back To Top