Tuesday, November 8, 2011

Sastra Instan menurut saya

1:53 AM




Tulisan ini di buat di blog pribadi karena saya tidak ingin dan tidak suka menimbulkan polemik – polemik  panjang yang dapat menghambat alur imajinasi yang mengalir dalam pikiran saya saat membaca postingan2 kreatif di salah satu media blog terkenal di Indonesia.

Manusia pada dasarnya adalah bertahan, mempertahankan diri dari hal – hal yang dapat mengganggu eksistensinya. Segala macam bentuk gangguan yang yang tidak tampak ataupun tampak, yang sudah datang maupun akan datang, kewaspadaan kita menjadi demikian tinggi terhadap potensi2 ancaman baru.

Demikian juga terhadap datangnya kritik terhadap kita, serta merta kita menjadi curiga maksud datangnya kritik tersebut, tanpa memandang dan bertabayyun terhadap maksud kritik, kita menjudge bahwa pengkritik adalah seorang musuh yang ingin membuat karya – karya kita mati, mempermalukan kita, membuat kita tampak bodoh di depan orang lain.

Padahal tidak semua kritikan berakhir dengan kejelekan tentang kepribadian kita, ataupun karya – karya kita, mungkin saja kritikan tersebut dibuat secara “umum” terhadap komunitas tempat kita berkarya agar tidak melukai individu – individu yang terdapat dalam komunitas kita tersebut. Namun kita memandangnya sebagai serangan terhadap seluruh komunitas, mulai dari awalan A sampai akhiran Z.

Dalam hal ini saya akan mengangkat tema “sastra instan” yang sedang hot di media blog tersebut,

SASTRA sebagai pergulatan kreatif adalah sebuah jalan sunyi” (Joko Pinurbo)

  1. Tiba – tiba ingatan kita tersentak saat membacanya, berarti selama ini saat saya menulis di dalam angkutan umum ataupun saat saya mendengar music dangdut oleh sastrawan senior tidak di anggap sebagai karya sastra.
  2. Berarti saat menulis sastra, menurut Sastrawan senior, harus dilakukan di dalam gua, tidak boleh terganggu dengan apapun.       

Demikian kira – kira anggapan kita terhadap kata Joko Pinurbo tersebut, padahal di saat bersamaan kita berbahagia saat seorang pembaca karya kita kesulitan menangkap maksud tulisan kita, kita berbahagia saat pembaca kita harus memeras otak memahami kandungan pesan dalam sastra kita.

Kenapa terhadap makna dari kata sastrawan yang senior kita hanya membaca sepintas lalu dan kemudian tidak berusaha memahaminya? Sudah mengertikah kita maksud “Jalan Sunyi” yang dikatakan oleh Joko Pinurbo tersebut, atau kalimat “Pergulatan Kreatif” yang juga di usungnya?

Maka di sini saya akan berusaha memahami maksud yang ingin di sampaikan oleh Joko Pinurbo tentang “Jalan Sunyi” dan “Pergulatan Kreatif” tersebut. Karena dari kedua makna inilah kita akan memahami maksud “sastra instan”.

Jalan Sunyi

Dalam setiap saya menuliskan karya – karya milik saya, hal pertama yang mungkin terjadi adalah ingatan akan pengalaman – pengalaman pribadi saya sendiri, tentang buku – buku yang pernah saya baca, tentang manis dan pahit kehidupan yang saya alami, tentang kisah – kisah mengharukan dan menginspirasi saya dalam hidup saya yang saya dengar,

Semua terangkum dalam pikiran saya, terolahkan dalam imajinasi saya sendiri dalam dapur – dapur kata, tidak peduli apakah saya sedang dalam gua ataupun sedang di angkutan umum yang sedang memutar lagu dangdut.

Orang – orang boleh berlalu lalang di depan saya, namun pikiran saya dapat melompat pada kisah – kisah yang pernah terjadi dalam hidup saya, apakah semua sudah siap untuk di tuliskan dalam bentuk karya tulis? Tidak, semua masih raw material yang tersimpan.

Pergulatan Kreatif

Saat raw material sudah teramu dalam pikiran saya, dalam catatan saya, dalam diary saya, dalam laptop saya. Tiba – tiba saya mendapatkan ide untuk membentuk rangkaian pengalaman tersebut, entah saya dapatkan baru 10 menit lalu ataupun 10 tahun lalu, menjadi sebentuk tulisan. Yang ingin saya bagikan kepada para sahabat saya dan orang – orang yang tidak saya kenal.

Semua campuran raw material tersebut selanjutnya memasuki tungku pemasakan agar menjadi matang dan siap untuk di sajikan. Dalam tulisan, sebuah plot yang kita bangun, sebuah tema yang kita bangun adalah sebuah produk yang kita sajikan kepada para pembaca, merekalah yang menikmati dan menilai rasa yang tertanam dalam karya kita tersebut.

Ingat, sebuah karya tulis saat selesai kita rampungkan, telah menjadi milik pembaca kita, yang tersisa untuk kita hanyalah “hak milik” karya sastra tersebut.

Medici effect

Saya memiliki sebuah ide tentang tema tulisan, namun saya tidak mengetahui cara menulisnya, ataupun merasa ide saya kurang sempurna, sehingga saya ingin berkolaborasi dengan para sahabat saya di media maya ataupun di dunia nyata agar menghasilkan sebuah karya yang paripurna.

Kolaborasi merupakan salah satu cara terbaik dalam penulisan sastra, karena beberapa penulis dapat bahu membahu dan saling belajar berbagi ilmu tentang teknik penulisan yang baik, melalui diskusi dan telewicara via internet.

Media

Sebuah karya tulis tidak terpaku kepada satu tempat saja dalam penulisan dan penerbitannya, internet merupakan kekuatan yang baik untuk membantu melancarkan ide – ide yang sudah terpikirkan dalam imajinasi kita.

Melalui fasilitas email dan chatting, sungguh sangat membantu sekali untuk saling bertukar file tulisan dalam proses kolaborasi, pengerjaan suatu karya tulis akan semakin cepat dalam hitungan menit dan detik saja.

Sementara proses blogisasi karya kita melalui internet membuat masyarakat pengguna internet mengenal siapa kita, bagaimanakah karya kita dan masukan apa yang dapat mereka berikan kepada karya kita.

Sastra Instan

Mengapa dinamakan sastra instan? Karena karya-karya yang dihasilkan tidak lagi dilewati dengan pergulatan jalan sunyi yang penuh kesabaran itu. Namun dikarenakan tuntutan kepentingan-kepentingan yang pragmatis di lingkungan kita yang akhirnya menelurkan budaya instan (cepat saji) dalam melahirkan kesusastraan (Hilda @Hammer City).

Kisah – kisah sinetron dan film horor sangat menarik sekali, mereka merupakan sebuah karya populis yang sangat di nikmati oleh para penduduk kita, sungguh enak saat kita melihat adegan – adegan mengharu biru ataupun adegan – adegan yang membikin detak jantung bergerak lebih cepat karena keterkejutan kita ataupun ketakutan kita terhadap sosok yang tidak tampak tersebut.

Karena merupakan sebuah karya populis di masyarakat, maka saya ingin membuat karya tulis yang bertemakan kisah sinetron ataupun kisah horror tersebut, “tema” ini akan membuat saya lebih cepat di kenal dan moga – moga dapat menarik perhatian pembuat sinetron dan Film tersebut agar melirik karya saya.

Sejujurnya “tema” sinetronisasi dan hororisasi tersebut tidak salah, karena mereka tidak melakukan proses copy paste terhadap “tema” yang sedang hot. Cukup tinggal mengikuti genre dan memanfaatkan euforianya yang sedang terkenal dan Hot di masyarakat.

Namun karena terlalu di eksplorasi secara masiv, tema – tema tersebut menjadi mati suri dan memiliki siklus umur yang sangat singkat, dan tidak meniggalkan endapan dalam hati pembaca kita

Kebosanan terhadap tema yang sama secara terus menerus akan membuat pembaca merasa bosan kepada karya tulis sastra. Akhirnya penulispun merasa bahwa tulisan mereka tidak layak di konsumsi lagi, dalam jangka panjang, penulis – penulis akan berguguran dan menganggap bidang penulisan tidak menarik.

Sulitkah untuk menemukan tema – tema out the box yang dapat kita perkenalkan kepada masyarakat? Menurut saya itu cukup sulit juga, karena berarti kita harus lebih mengeksplorasi lagi proses jalan sunyi dan pergulatan kreatif kita secara lebih sabar, memantapkan kolaborasi dan membagikan ide kepada para sahabat – sahabat kita yang kreatif untuk mencari tema tulisan baru serta membuat dan menikmati blue ocean strategy (keunggulan sastra) kita.

Akhirnya demikian saja alur pemikiran saya tentang Sastra Instan ini, semoga bermanfaat.


Empuss Miaww




Sumber :
http://lifestyle.kompasiana.com/hobi/2011/11/05/ketika-produk-sastra-instan-membanjiri-kompasiana/

http://fiksi.kompasiana.com/drama/2011/11/05/menyapa-hilda-tentang-sastra-instan-di-kompasiana/ 

Written by

3 komentar:

  1. Menyimak tulisannya Bung Empuss Meww...
    Lebiih dingin, walau dalam sunyi
    ha.ha.h.a.ha.h.ah.a.

    salam hangat selalu...

    ReplyDelete
  2. terima kasih sudah berkunjung, pak odi :D

    ReplyDelete
  3. Wew, Mas Dhani akhirnya menuliskannya di sini :)

    Salam kreatif, Mas

    ReplyDelete

 

© 10-5-2014 Empuss miaww. All rights resevered. Designed by Diubah karena banyak script anehnya

Back To Top