“dimanakah diriku?”
aku bangkit dari tempat tubuhku tergeletak di tanah yang basah oleh tetesan – tetesan air yang berasal dari pepohonan di sebuah hutan yang asing bagiku. Aku tidak ingat bagaimana bisa diriku sampai pada tempat yang terasing ini.
Ku langkahkan kakiku menyusuri tanah – tanah lembab dan basah dibawah kanopi – kanopi pohon hutan hujan di temani sedikit cahaya rembulan menerobos dari daun – daun yang bergantungan di atas kepalaku. Ingatanku sedikit demi sedikit mulai kembali menyusun potongan – potongan kisah yang menyebabkan aku terdampar di dalam hutan ini.
***
“Shafira, kamu mau kemana?” Tanya mama kepada diriku.
“biasa ma, malam ini kami ada pesta kelulusan sekolah di rumah Fedry”, kataku sambil merapikan penampilan dan memakai kosmestik di depan cermin.
Gaun pesta berwarna putih yang aku kenakan menampakkan jenjang kaki dan belahan bahu membuatku Nampak sempurna di depan cermin, ya, malam itu aku sedikit merahasiakan sesuatu dari mama. Malam ini adalah malam yang ingin aku nikmati berdua saja bersama Pieter, pacar baruku setelah putus daru Fedry.
“Aku pergi dulu ya, ma…” kataku sambil mengecup kedua pipi mama.
“Pulangnya jangan larut malam ya?” nasihat mama.
“Oke deh ma,,,” kataku sambil mengambil kunci mobil mama dan bergegas keluar menuju tempat mobil mama terparkir.
Ah, mama. Wanita yang telah melahirkan diriku dan istri dari papaku, selalu saja sibuk dengan dunia organisasinya sendiri, tak pernahkah engkau memarahi diriku, ma dan bersikap selayaknya seorang ibu. Batinku sambil mengendarai mobil menuju klub malam tempat aku dan Pieter berjanji bertemu.
***
Hentakan music yang diputarkan DJ membuat diriku bergerak mengikuti irama music dan menari bersama Pieter, malam tadi kami benar – benar menggila dipengaruhi oleh minuman keras dan sedikit obat – obatan yang ditawarkan Pieter.
“agar kamu semakin enjoy” bisik Pieter di telingaku.
“I Love you sampai OD, Pieter”, teriakku ditangah suara music yang semakin keras seiring malam yang kian larut.
Akhirnya malam ini pun pesta harus usai, aku sudah tidak sanggup untuk berjalan lagi terpaksa harus bersandar pada bahu Pieter, kepalaku sudah sangat pusing untuk berpikir sehat, Pieterlah yang mengendarai mobil entah kemana arah yang dituju aku tidak tahu, yang aku ingat aku akhirnya tubuhku terdampar di Hutan ini.
***
“Mama, aku ingin pulang…” tangisku
Tak terasa akhirnya aku sampai di tepian jalan beraspal, aku berusaha melambaikan tanganku untuk memberhentikan mobil, namun tidak ada yang mau berhenti hanya sekedar untuk menolong diriku.
Akhirnya aku melangkah ketengah jalan, agar ada mobil berhenti untuk menolong dan mengantarkan diriku kembali kerumah. Namun mobil – mobil itu hanya lewat saja tanpa bertanya arah kepulangan diriku serta menembus tubuhku yang berdiri ditengah jalan…
Terinspirasi dari : @fiksimini
RT @r1nt1kr1nt1k: KESASAR | Di tengah jalan ia berdiri, menunggu ada yang bertanya ia hendak ke mana. Bukan hanya lewat menembusnya.
.....[menyimak].....
ReplyDeleteDalemmmm :) huaa bagus
ReplyDeleteketemu emphussss deh >_<
ReplyDelete