“Selama ini
Kumencari-cari
Teman yang sejati
Buat menemani
Perjuangan suci
Bersyukur kini Kumencari-cari
Teman yang sejati
Buat menemani
Perjuangan suci
PadaMu Illahi
Teman yang dicari
Selama ini
Telah kutemui
Dengannya di sisi
Perjuangan ini
Senang diharungi
Bertambah murni
Kasih Illahi
KepadaMu Allah
Kupanjatkan doa
Agar berkekalan
Kasih sayang kita”
Suara
nasyid mengalun di toko serba ada kecil milik Fatih yang berada di
tengah kota, Fatih sedang sibuk melayani para pembeli yang datang
berbelanja dengan di temani oleh seorang asistennya.
“Krinnngggg,,,,”
“Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam, Fatih, ini Rendi, sedang dimana? Saya mau berjumpa”
“Sedang di toko, datang saja kemari”
“OK, Insya Allah nanti siang saya kesana, Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam w. w.”
Fatih
menutup telefonnya dan setelah meninggalkan pesan kepada asistennya dia
kemudian pergi ke belakang toko untuk berganti pakaian, dia sedang
duduk di ruang kantor kecilnya sambil menonton TV, ruangan kantor Fatih
berada bersebelahan dengan Tokonya yang menghadap jalan raya.
Tok tok tok
“Assalamualaikum,,,”
“Waalaikumsalam W W” sahut Fatih sambil membuka pintu
“Ayo rendi silahkan masuk, mari kita duduk di ruang tamu”
“wah, tambah sukses saja neh kawan,”
“hehehe, Alhamdulillah masih diberikan rezeki, baik materi maupun kesehatan”
Mereka pun berbincang – bincang ringan sambil menonton TV, tak lama kemudian, Rendy memulai pembicaraan seriusnya dengan Fatih.
“oh
ya, beberapa waktu dahulu, Fatih meminta suatu pertolongan kepada saya,
dan kebetulan saya sudah menemukan apa yang Fatih inginkan, seorang
wanita sebagai pendamping hidup Fatih”
“benarkah,,,? Alhamdulillah, bagaimana dengan sifatnya?”
“semua yang Fatih syaratkan dalam permintaan Fatih sudah lengkap, namun,,,” kata Rendy dengan tergantung
“namun apa,,,?”
“calon
yang Fatih inginkan orangnya muslimah yang taat, tutur bicaranya
terjaga, ahlak dan pergaulannyapun juga baik, sayang, dia kurang cantik
dan juga seorang janda yang cerai mati”
“ oh itu, bukan suatu masalah besar”
“kenapa Fatih? Jika bersabar sedikit mungkin saya dapat mencarikan seorang gadis yang cantik dan rupawan”
Fatih tersenyum memandang sahabatnya, kemudian dia berkata,
“Dirimu
tahu, bahwa aku sangatlah sibuk, sahabat, bahkan terkadang tidak sempat
mengurus diri sendiri, jika diriku menikahi seorang janda, maka tidak
terlalu membebani diriku dalam mendidiknya, karena dia telah
berpengalaman menjalani ikatan rumah tangga serta telah mengetahui hak
dan kewajiban sebagai seorang istri”
“kemudian” lanjut Fatih
“kecantikan
wanita dan warna kulitnya adalah hak diriku sebagai suami, Rendy,
bukankah diriku yang akan hidup serumah dengan dirinya? Dan tentu saja
kecantikan istriku nanti bukanlah untuk berpamer – pamer kepada handai
taulan atau sekedar untuk dinikmati oleh pria lain”
Rendy sempat terdiam mendengarkan penjelasan sahabatnya,
“oh,
jika memang Fatih sudah siap lahir dan batin untuk mengarungi rumah
tangga, mungkin bisa kita secepatnya melaksanakan khithbah dahulu
sebelum meminangnya, nanti akan saya urus”
“Terima kasih banyak Rendy, saya bersyukur memiliki sahabat yang selalu mau menolong seperti kamu” kata Fatih kepada Rendy
“Kalau begitu, saya permisi dahulu, Fatih, “
“Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam W. W.”
***
20 tahun kemudian
Fatih
sedang duduk di taman bunga rumahnya, memandang bunga – bunga yang
sedang bermekaran dan kupu2 yang sibuk pindah dari satu bunga ke bunga
lainnya.
“Abi,,, lagi mikirin apa?” kata Aisyah kepada suaminya sambil membawa secangkir the hangat dan panganan ringan
“Eh Umi, ini sedang memandang bunga saja, mekarnya indah sekali, seolah – olah musim semi tidak pernah berhenti ya Umi?”
Aisyah tersenyum kecil melihat kelakuan suaminya
“Abi,,, masih ingatkan?”
“Hmm,,, hari ulang tahun pernikahan kita kan?” kata Fatih
“Iya, Umi minta maaf jika selama 20 tahun ini telah banyak membuat Abi menjadi susah”
“Lho, kok minta maaf sama Abi sih? Bukankah Abi yang banyak salah kepada Umi, sering pulang malam dan sibuk di kantor?”
“Ah,
itukan karena Abi sedang mencari rezeki, di usia 20 tahun pernikahan
kita, pernahkah Abi mencintai seorang wanita lain selain Umi?” Tanya
Aisyah
“Mencintai
wanita lain? Untuk apa Umi, bersama Umi selama 20 tahun ini telah
membahagiakan Abi, jiwa Abi selalu merasa nyaman jika selalu bertemu
Umi, Umilah yang senantiasa merawat Abi, melahirkan dan membesarkan anak
– anak kita, dan Abi tidak pernah sedikitpun memikirkan wanita – wanita
lain” Kata Fatih
“Ah Abi memang pandai menggombal” kata Aisyah sambil tertawa kecil
Suasana sore di tengah pemandangan taman kecil di samping rumah, membuat kemesraan suami istri ini semakin saling menyayangi
-00-
0 komentar:
Post a Comment