Showing posts with label catatan harian. Show all posts
Showing posts with label catatan harian. Show all posts

Monday, April 7, 2014

Pemimpin adil tapi non muslim atau pemimpin tidak adil tapi muslim? Bagian 2





Pernahkah anda berbicara dengan orang linglung? Atau orang yang ingatannya kurang? Mereka tentu saja dapat berbicara, namun anda tidak akan menganggap apapun yang mereka bicarakan, karena :

P1. Pembicaraan mereka tidak berdasarkan fakta

  2. Asal cuap saja saat berbicara

Seperti itulah pemikiran saya saat ada orang yang tiba – tiba berbicara ataupun mengangkat opini bernada retoris “Pemimpin adil tapi non muslim atau pemimpin tidak adil tapi muslim?”, jika saja tersangka koruptor ataupun pemimpin yang korup di Indonesia 100% muslim maka saya akan mendukung statement tersebut.

Namun nyatanya, semenjak reformasi bergulir, orang – orang yang terlibat kasus korupsi tidak semuanya muslim, mereka ada juga non muslim, contohnya Miranda Gultom (mantan deputi BI), Robert Edison Siahaan (Walikota Pematang Siantar Periode 2005-2010), Fahuwusa Laila (Mantan Bupati Nias Selatan), Binahati B. Baeha (Mantan Bupati Nias), Jefferson Soleiman Montesqieu Rumajar (Walikota Tomohon Periode 2005/2010), Yusak Yaluwo, SH, M.Si (Bupati Boven Digoel periode 2004-2009), Jules Fitzgerald Warikar (Bupati Kab. Supior Prov. Papua), Jimmy Rimba Rogi (Walikota Manado Provinsi Sulawesi Utara), John Manoppo (Mantan Walikota Salatiga). (Sumber merdeka.com)

Sengaja saya tuliskan nama – nama mereka ditulisan ini, karena sejatinya kasus korupsi itu bersifat LINTAS AGAMA, bukan milik salah satu agama, korupsi marak terjadi di Indonesia karena kurangnya ketegasan hokum dan pengawasan keuangan di Negara kita ini.

“Trus, mayoritas koruptor muslimkan?” =è tentu saja, sebagai Negara pemeluk Islam terbesar di dunia, agama para koruptor tentu saja islam, dimana pelaku kejahatan biasanya pemeluk agama terbesar di negara tersebut, namun apakah mereka muslim (menjalankan agama islam dalam kesehariannya)? Belum tentu, mereka dapat kita sebut sebagai penduduk beragama berdasarkan KTP.

Sebaliknya, dinegara luar Indonesia, yang mayoritas penduduknya non muslim, dapatkah kita menuduh agama para koruptor tersebut sebagai agama pendukung korupsi? Seperti Aquino dan Estrada di Philipina, ataupun Sinawatra di Thailand, serta Sarkozi di Perancis? Tidak, para koruptor tersebut melakukan korupsi karena keinginan memenuhi nafsu keduniaan mereka sendiri, bukan karena tuntunan agama yang mereka anut.

Kembali keatas, pada kalimat “Pemimpin adil tapi non muslim atau pemimpin tidak adil tapi muslim?”,  sebenarnya menunjukkan garis politik yang didukung oleh pihak yang mengeluarkan statement tersebut, mereka mengerahkan segala cara, agar tidak ada lagi jalan mengelak bagi orang lain selain mendukung jagoan mereka dengan mengeluarkan statement yang “Sepertinya” sulit untuk dijawab, namun bagi saya merupakan retorika logicall fallacy akut (kesalahan pengambilan kesimpulan yang parah banget).

Maka daripada memikirkan kalimat menyeleneh mereka, lebih baik jika kita anggap saja sedang berbicara dengan orang linglung, atau orang yang kurang ingatan, demi menghemat energy emosi kota.

Sunday, April 6, 2014

Pemimpin adil tapi kafir atau pemimpin zalim tapi muslim?




... وَ لاَ تَايْئَسُوْا مِنْ رَّوْحِ اللهِ، اِنَّه لاَ يَايْئَسُ مِنْ رَّوْحِ اللهِ اِلاَّ اْلقَوْمُ اْلكفِرُوْنَ
. يوسف:87
.... dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir. [QS.Yusuf : 87]
... وَ مَنْ يَّقْنَطُ مِنْ رَّحْمَةِ رَبّه اِلاَّ الضَّآلُّوْنَ. الحجر:56
.... tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat. [QS. Al-Hijr : 56]
قُلْ يعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلى اَنْفُسِهِمْ لاَ تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا، اِنَّه هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. الزمر:53
Katakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. [QS. Az-Zumar :53]

Seharusnya masa terakhir kampanye, dipergunakan oleh tokoh – tokoh muslim agar ingat – mengingatkan satu sama lain tentang kebaikan ataupun nasihat yang bermanfaat misalnya untuk memilih bagi yang memutuskan golput, menjaga kedamaian, dan juga sebagainya yang menurut mereka penting.

Namun sabtu siang kemarin, ada sebuah hal yang membuat saya terkejut saat melihat acara keagamaan disalah satu televise swasta Indonesia, salah seorang ustad melemparkan bola panas dengan bertanya, “mana yang dipilih? Pemimpin adil tapi kafir atau pemimpin zalim tapi muslim? “ dilanjutkan oleh ustad tersebut, menurut ulama bla bla bla, pemimpin adil tapi kafir lebih utama daripada pemimpin zalim tapi muslim.

Sayang sekali, si ustad tidak memakai logikanya, ulama besar tersebut tidaklah hidup pada masa “pemilihan umum” dan tentunya ustad yang :

1. Sumber kehidupannya dari ceramah ditelevisi
2. Tugasnya memotivasi muslim bukan membuat muslim berputus asa

Tidak sepantasnya berkata demikian, sang ustad telah menyruh seluruh umat muslim untuk "berputus asa", jika sang ustad menilai, sekali lagi menilai seluruh pemimpin muslim zalim, dia seharusnya bertugas :
1. Menasihati sang pemimpin yang menurutnya zalim 
2. Mencalonkan diri menjadi pemimpin jika memang merasa dirinya terbaik

Secara tidak langsung sang ustad telah menuduh, semua muslim yang ada di Indonesia adalah manusia zalim, alias bandit. Termasuk guru dan orang tua sang ustad tersebut.

Jika kita mau jujur, berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia yang dikeluarkan oleh BPS semenjak tahun 1996, provinsi – provinsi mana saja di Indonesia yang diisi oleh pemimpin zalim? Daerah muslimkah atau non muslim kah? (dapat di lihat di http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=26&notab=2 ).

Saya sebenarnya tidak ingin mendokotomikan antara muslim dan non muslim yang hidup di Indonesia secara damai (memang di beberapa daerah terjadi gesekan, namun sangat kecil dibandingkan luasnya Indonesia), namun jujur saja, perkataan oknum ustad tersebut melukai hati saya yang terdalam sebagai seorang muslim.

Saat anda melihat seorang ustad mengeluarkan statement “mana yang dipilih? Pemimpin adil tapi kafir atau pemimpin zalim tapi muslim? “, suruh dia turun dari mimbar dan katakan “memangnya pemimpin muslim di Indonesia semua zalim? Lihat dulu data BPS, bro…”.

Thursday, May 30, 2013

filsafat dan agama


Tulisan ini tidak membahas mengenai atheism dan theism, murni sebagai sebuah opini yang subyektif berdasarkan pola pikir penulis.

Seringkali filsafat digunakan untuk memahami agama, dengan tujuan untuk mengetahui apakah agama itu bisa masuk kedalam akal ataukah tidak, didalam filsafat, akal lah yang menjadi tolak ukur untuk memahami segala sesuatu sesuai jalur logika dan pola berpikir manusia. Filsafat berfungsi untuk membedah sebuah ilmu atau kepercayaan sampai hal yang sedetil - detilnya, hingga rasa ingin tahu manusia tidak ada lagi.

Contoh kecil dari penggunaan filsafat dalam agama adalah “personifikasi wujud Tuhan” atau menggambarkan wujud Tuhan dalam kehidupan nyata berdasarkan dengan kitab suci, keterangan para ahli agama, ataupun melalui perintah – perintahNYA dalam kitab suci.

Rasa rasionalitas manusia membayangkan bahwa jika Tuhan sesuai dengan apa yang didengarkan lewat ceramah – ceramah agama maka wujudNYA adalah sebagai Dzat yang maha baik dan sekaligus bertentangan dengan sifatnya yang maha pendendam dan kejam terhadap penentang ajaranNYA, di situ filsafat telah berhenti berpikir bahwa Tuhan seharusnya adalah perwujudan konsepsi yang terlepas dari sifat – sifat manusia sebagai hambaNYA.

Jika Tuhan terlepas dari sifat – sifat yang dimiliki oleh manusia, apakah beda Tuhan dengan segenggam batu yang diam, tidak memiliki emosi dan terlepas dari apa yang ada di dunia ini? Ataukah juga seperti matahari yang Cuma beredar dari pagi hingga petang hanya untuk mengawasi aktivitas manusia. sedangkan bagi agama, wujud Tuhan bersifat ghaib, sebuah hal yang tidak boleh dibayangkan dan dipersamakan DZATNYA dengan hamba.

Namun, mungkin disitulah letak kelemahan dari filsafat dalam memahami Tuhan. Di dalam agama, untuk studi kasus islam sebagai agama yang saya anut, hal yang harus menjadi dasar untuk mendekati Tuhan ada 3 hal, yaitu islam ( perbuatan lahiriyah), iman (keyakinan akan perintah dari Tuhan) dan ihsan (merasa sebagai hamba dan selalu diawasi oleh Tuhan). Lebih lanjut dapat dibaca dalam 40 hadist arbain karya Imam An Nawawi.

Kembali kepada personifikasi Tuhan berdasarkan sifatnya, sesuai agama, maka kita harusnya menggunakan kombinasi akal dan hati dalam beribadah kepada Tuhan, dan melakukan segala sesuatu. keyakinan bahwa segala perbuatan itu haruslah berakibat baik dan buruk yang akan kembali kepada manusia sendiri, jika Tuhan dilukiskan sebagai Maha Pengasih dan Maha Penyayang, maka hal itu sebagai sifatNYA yang baik untuk setiap hambanya yang senantiasa beribadah dan beraktifitas sesuai dengan perintahNYA.

Jika Tuhan digambarkan sebagai pendendam dan bengis, maka itu adalah sebagai konsekuensi untuk manusia yang menentang segala perintahNYA dan melanggar bahkan mempermainkan hukum – hukumNYA yang telah diturunkan kepada manusia lewat utusanNYA.

Tuhan sebagai pendendam lebih menakutkan bagi bayangan kita daripada Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Namun hal pertama sebagai manusia yang harus kita sadari adalah, posisi kita di dunia dan segala isinya ini adalah sebagai hamba ataukah tuan pemilik dunia dan isinya, jika sebagai hamba, maka apakah Pencipta alam semesta ini dengan segala isinya rela, untuk :

1.       mempersekutukanNYA dengan mahluk yang juga ciptaanNYA seperti kita manusia, berupa pohon, matahari, bulan dsbnya?
2.       Disaat Tuhan memanggil kita melalui seruanNYA untuk beribadah, maka kita lebih senang untuk berbuat maksiat dan zina ?
3.       Disaat Dia menciptakan kita berpasangan, kita lebih senang untuk mencari lawan sejenis yang jelas diharamkanNYA untuk digauli, padahal dalam akal kita, cinta sejenis itu adalah hal yang bisa di perbaiki, karena Cuma tergantung oleh hormon dan nafsu belaka.
4.       Disaat kita disuruh mempelajari alam beserta isinya, sebagai rasa syukur sebagai hamba, tiba – tiba kita mengatakan dengan lantang “Tuhan tidak ada, alam semesta ini tercipta dengan sendirinya tanpa campur tangan Tuhan.
5.       Semua hal yang kita nikmati secara gratis ini, baik yang beragama maupun yang tidak beragama, udara, pemandangan, pendengaran, dsb tidak kita syukuri, malah kita lebih memikirkan permasalahan kecil dalam hidup kita, seperti putus cinta, kehilangan harta benda, dsb dengan cara memaki – maki Tuhan sebagai tidak adil.
6.       Jika kita adalah pemakai, bukan pemilik, alam beserta isinya, tentu saja Tuhan akan menurunkan aturan – aturan dariNYA bagaimana kita hidup dan memaksimalkan alam beserta isinya sesuai apa yang dikehendakiNYA.

Ya, benar dalam akal yang bersumber dari tangkapan segenap panca indera kita, kita kurang menangkap kehadiran Tuhan, sehingga tidak terdeteksi oleh “peralatan – peralatan canggih” kita. Semua hal yang tidak masuk kedalam logika kita maka hal tersebut sebagai bullshit alias omong kosong. Tuhan tidak tampak dalam mata kita, Tuhan tidak terdengar oleh telinga kita, Tuhan tidak terasa oleh kulit kita, sebagaimana filsafat menggunakan akal, maka Tuhan menurut beberapa filsafater tidak ada.

Namun sayangnya Filsafat tidak mengenal penggunaan hati sebagai sensor keberadaan Tuhan dalam tubuh kita, didalam agama, fungsi hati dan fungsi akal saling bahu – membahu berkerja sama mengoptimalkan kemampuan kita sebagai manusia, hati menjaga akal agar tetap berpikir jernih, akal menjaga hati agar tidak mengikuti segala hal sesuai nafsu dasar saja sebagai manusia.

Maka jika wujud Tuhan di personifikasikan menurut ajaran agama, maka kolaborasi hati dan akal seharusnya dapat merasakan keberadaan Tuhan dalam segenap kehidupan kita, kita mengerti mengapa DIA begitu murka terhadap ulah manusia, mengapa DIA begitu besar Kasih dan SayangNYA kepada manusia yang dianggapNYA sebagai hambaNYA, bukan hanya sebagai ritual lahiriah saja ( islam ), bukan hanya sebagai sebuah keyakinan saja ( iman ) namun juga dalam setiap derap langkah kita dan kehidupan kita akan merasakan kehadiran Tuhan ( ihsan ) untuk melaksanakan amal makruf nahi mungkar, dan beribadah kepadaNYA sekaligus melaksanakan kerja social kepada sesama manusia.

Soal wujud Tuhan yang nyatanya? Tenang saja, sebagai manifestasi iman (percaya kepada hari akhir) kita akan berjumpa DIA di yaumil akhir untuk mempertanggung jawabkan perbuatan kita di dunia ini (yang jelas adalah milikNYA, bukan milik manusia)
Wallahualam bissawab.

Saturday, October 6, 2012

kehebatan kaum athes yang koplak


Kaum atheis adalah kaum yang senang membaca buku – buku filsafat kelas berat, namun alih – alih mereka bisa berpikir sendiri, mereka justru terjerumus kedalam pusaran pemikiran para filsuf yang memproklamirkan diri mereka sebagai seorang atheis, dunia mereka hanya sebesar pustaka yang mereka miliki, alih – alih bisa memerdekakan pemikiran mereka, namun malah membuat pemikiran mereka tunduk dan menjadi dogmatis, kebutuhan pemikiran para filsuf atheis menjadikan mereka kecanduan akan paham – paham baru yang membuat mereka semakin yakin bahwa “Tuhan itu tidak ada”.

Semua hal dalam pikiran mereka dapat diperhitungkan secara akurat melalui alat – alat ukur ciptaan manusia yang salah satunya bernama matematika, fisika dan statistika, jika sebuah hal tidak sesuai dengan hitungan matematika logika atau juga tidak memiliki keyakinan yang kuat menurut statistika maka hal itu adalah mustahil. Padahal tidak semua hal dapat tercakup dalam perhitungan – perhitungan, semisalnya tentang keinginan manusia yang senantiasa berubah – ubah. Padahal semua ilmu ciptaan manusia hanya terikat kepada ruang dan waktu tertentu saja, bukan hal absolute yang menjadi penentu alam ini dapat berjalan sesuai dengan keinginan manusia.

Alih – alih mereka berkeinginan untuk bisa berkontribusi besar pada umat manusia seperti newton ataupun Einstein yang masih percaya keberadaan Tuhan, mereka malah bersifat agresif dengan cara menghina kepercayaan orang – orang yang masih percaya kepada Tuhan di balik slogan kebebasan ekspresi, kebahagiaan mereka tersalurkan saat bisa menghina kepercayaan pemilik – pemilik agama, itulah kehebata mereka sebagai manusia, mereka senantiasa menyalahkan agama sebagai sumber konflik antar mausia, namun sayangnya fakta berbicara bahwa saat manusia meninggalkan agama, tragedy kemausiaan yang terjadi lewat PD I dan PD II yang memusnahkan jutaan orang di bumi, revolusi berdarah kaum komunis di rusia tahun 1915, revolusi kebudayaan di RRC. Atas semua tragedy kemanusiaan yang terjadi dan tidak berlandaskan modus keagamaan, mereka berlepas diri dan tidak bertanggung jawab.

Saturday, August 4, 2012

Benarkah wage Rudolf supratman seorang ahmadiyah?


Wage Rudolf Supratman adalah seorang pencipta lagu Indonesia Raya yang merupakan lagu kebangsaan Indonesia yang dilahirkan di Jatinegara, Batavia pada tanggal 9 Maret 1903, dan beliau wafat di Kota Surabaya pada tanggal 17 agustus tahun 1945.

Masa kecil hingga dewasa Supratman banyak di lahirkan di kota Makassar, Sulawesi Selatan semenjak beliau mengikuti keluarga kakaknya yang tinggal di Makassar, sampai beliau dewasa dan bekerja di perusahaan dagang. Pada waktu berusia 21 tahun, kemudian Supratman menciptakan lagu Indonesia Raya, sebagai jawaban atas kegelisahan penulis majalah timbul yang ingin ahli – ahli music di Indonesia untuk menciptakan sebuah lagu kebangsaan. Indonesia Raya dikumandangkan pertama kali saat peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 oktober 1928.

Sementara menurut Abdul Basit Amir Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) dalam temu dengar dengan para anggota komisi VIII DPR RI pertanggal 16 Februari 2012 mengeluarkan pernyataan controversial bahwa W R Supratman adalah salah satu anggota Ahmadiyah yang ada di Indonesia, hal ini dipergunakannya untuk memperkuat statement dia bahwa Ahmadiyah berkontribusi dalam perjuangan berdirinya Negara Indonesia.
Hal yang sangat aneh dan berlawanan dengan sejarah pendirian Ahmadiyah sebenarnya, dimana Ahmadiyah yang berkembang pertama kali di Indonesia justru bermula dari bumi Minangkabau ( Sumatera Barat) pada tahun 1925 dan di Yogyakarta pada tahun 1924. Dimana tidak ada keterangan bahwa W. R. Supratman pernah menginjakkan kakinya di kedua kota tersebut, jikalaupun pernah menginjak, mungkinkah dalam waktu singkat beliau bisa mengubah keyakinan hidupnya?

Klaim secara sepihak dan dilontarkan di muka umum ini tentu sebuah hal yang sangat lucu dan memalukan dari seorang amir (ketua) organisasi di Indonesia…

Sunday, July 29, 2012

Nasihat bermanfaat ^_^

Suatu hari, Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya lalu beliau
bertanya :

Soalan pertama
Imam Ghazali : Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?
Murid 1 : Orang tua
Murid 2 : Guru
Murid 3 : Teman
Murid 4 : Kaum kerabat

Imam Ghazali : Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan
kita
ialah MATI. Sebab itu janji Allah bahawa setiap yang bernyawa pasti akan
mati ( Surah Ali-Imran:185) .

Soalan kedua
Imam Ghazali : Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini ?
Murid 1 : Negeri Cina
Murid 2 : Bulan
Murid 3 : Matahari
Murid 4 : Bintang-bintang

Iman Ghazali : Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalah
MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita, teta! p kita tidak
akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga
hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang
sesuai dengan ajaran Agama.

Soalan ketiga
Iman Ghazali : Apa yang paling besar didunia ini ?

Murid 1 : Gunung
Murid 2 : Matahari
Murid 3 : Bumi

Imam Ghazali : Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah HAWA
NAFSU (Surah Al A'raf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita,
jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka .

"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk neraka jahanam banyak dari jin dan
manusia yang mempunyai hati (tetapi) tidak mahu memahami dengannya
(ayat-ayat Allah), dan yang mempunyai mata (tetapi) tidak mahu melihat
dengannya (bukti keesaan Allah) dan yang mempunyai telinga (tetapi)
tidak mahu mendengar dengannya (ajaran dan nasihat); mereka itu
seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi; mereka itulah
orang-orang yang lalai. "
(Surah Al-A'raaf, Ayat 179)

Soalan keempat
Imam Ghazali : Apa yang paling berat didunia ?

Murid 1 : Baja
Murid 2 : Besi
Murid 3 : Gajah

Imam Ghazali : Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah
MEMEGANG AMANAH (Surah Al-Azab : 72 ). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung,
dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi
khalifah(pemimpin) di duni! a ini. Tetapi manusia dengan sombongnya
berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia
masuk ke neraka kerana gagal memegang amanah.'

Soalan kelima
Imam Ghazali : Apa yang paling ringan di dunia ini ?

Murid 1 : Kapas
Murid 2 : Angin
Murid 3 : Debu
Murid 4 : Daun-daun

Imam Ghazali : Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan sekali
didunia ini adalah MENINGGALKAN SOLAT. Gara-gara pekerjaan kita atau urusan
dunia, kita tinggalkan solat. Na'uzubillahiminzaa lik.

Soalan keenam
Imam Ghazali : Apa yang paling tajam sekali didunia ini ?

Murid- Murid dengan serentak menjawab : Pedang

Imam Ghazali : Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia ini adalah
LIDAH MANUSIA . Kerana melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti
hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.

Sunday, July 15, 2012

ATHEIS GALAU II


Dan Tidaklah Aku Menciptakan Jin dan Manusia Kecuali untuk Beribadah Kepada-Ku (Adz Dzariyat : 56)



Selain permasalahan “surga – neraka”, atheis merasa ketiadaan Tuhan karena surga yang terlalu kecil untuk menampung seluruh manusia, terlalu banyak manusia yang akhirnya akan berakhir menuju neraka, ini menurut saya pencarian yag sangat aneh, mereka menuntut kaum beragama untuk berpikir secara logika dan sistematis, namun sayang sekali, mereka menampakkan perasaan mereka kedalam alur berpikir mereka, apakah mereka yang melakukan kesalahan pencarian ataukah pikiran mereka di permainkan oleh perasaan mereka?

Kesimpulan akhir bahwa mengapa hanya sebahagian manusia masuk ke surga, menandakan kefrustasian mereka selama proses pencarian, mereka tidak mengetahui mengapa mereka sudah terlanjur tercipta, mereka melepaskan diri dari hukum – hukum agama yang membelenggu manusia, mereka percaya bahwa kebaikan akal budi berdasarkan pada sifat manusia yang menyukai kebaikan… (deuh indahnya,,, xixixi).

Padahal fenomena mengapa manusia tercipta, dan mengapa alam tercipta adalah suatu hal yang menandakan bahwa manusialah sebagai objek pelakunya bukan sebagai subyek pelakunya. Manusia tercipta untuk beribadah kepada Tuhan dan alam menjadi sarana untuk beribadah kepada Tuhan. Manusia sudah tercipta itu hal yang telah terjadi, tinggal mencari alasan mengapa mereka harus tercipta di alam dunia ini.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan lanjut dan bumi (seraya berkata), “Ya Robb kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka dipeliharalah kami dari siksa neraka.” (QS.3:190-191)

Saat mereka mulai merasa telah lepas dari agama, kemudian merekapun berpikir, bahwa alam ini mampu tercipta dengan sendirinya. Setiap penemuan terbaru dari ilmu pengetahuan selalu menambah keyakinan mereka bahwa alam ini mampu melepaskan diri dari hukum – hukum Tuhan beralih menuju hukum – hukum  yang telah ditemukan oleh manusia. Secara tidak langsung mereka telah mengatakan “hal yang terbesar untuk diriku adalah kemampuan akalku untuk menjelaskan apapun yang terjadi pada dunia ini” yang saya singkat sebagai “tuhanku adalah akal dan budiku”.

Keseimbangan yang terjadi di dalam alam raya bagi mereka bukanlah tanda – tanda keberadaan Tuhan yang mengatur alam ini agar  tetap bergerak sesuai koridor yang berlaku (Sunatullah). Keberadaan Tuhan menurut pengembangan hasil berpikir mereka, haruslah suatu dzat yang dapat di terima oleh panca indera mereka.

Secara tidak langsung mereka menghina Tuhan dengan mengatakan bahwa Tuhan adalah dzat yang sama dengan apa yang ada di alam semesta. Secara tidak langsung mereka berkata bahwa Tuhanpun harus tunduk pada hukum – hukum yang berlaku di alam ini. Bukan terlepas dari dzat – dzat yang membentuk alam dunia ini. Tuhan haruslah bisa masuk kedalam akal mereka, dapat terlihat dan dapat terukur. Bilangan – bilangan tidak terhingga akan lebih besar dari Tuhan itu sendiri. Naudzubillah min dzalik….

Kaum atheis,,, kapankah logikamu tidak berdasarkan kepada perasaanmu?

Sekedar tulisan tanpa referensi,,, untuk konsumsi pribadi bukan di perdebatkan ^_^

Total Pageviews

Followers

Archive

 

© 10-5-2014 Empuss miaww. All rights resevered. Designed by Diubah karena banyak script anehnya

Back To Top